Kamis, 01 Februari 2018

tugas kuliah_KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN



BAB II
KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN

2.1 Pengertian Karakteristik Inovasi
Secara etimologis, istilah karakteristik merupakan susunan dua kata yang terdiri dari kata karakteristik dan tafsir. Istilah karakteristik diambil dari Bahasa Inggris yakni characteristic, artinya mengandung sifat khas. Yang mengungkapkan sifat-sifat  khas dari sesuatu. Secara garis besar karakteristik adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.
Secara umum, karakteristik inovasi pendidikan dapat diartikan berdasarkan dua kata yakni, Karakteristik dan Inovasi Pendidikan. Karakteristik adalah ciri khas atau bentuk-bentuk watak yang dimiliki oleh setiap individu, corak tingkah laku, ataupun tanda khusus. Inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas, karakteristik inovasi pendidikan dapat diartikan sebagai ciri-ciri atau karakter dari suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan.

2.2 Karakteristik Inovasi Pendidikan
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Misalnya penyebarluasan penggunaan kalkulator dan “blue jean” , dalam waktu kurang dari 1 sampai 5 tahun sudah merata keseluruh Amerika Serikat, sedangkan penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil baru tersebar merata setelah memakan waktu beberapa puluh tahun. Everest M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakterisstik inovasi yang dappat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut:
1.   Keuntungan Relatif
Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan, dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Sebagai contoh para  adopter akan menilai apakah suatu  Inovasi  itu relatif menguntungkan atau lebih unggul dibanding yang  lainnya atau tidak. Untuk  adopter  yang menerima secara cepat  suatu inovasi, akan melihat inovasi itu  sebagai sebuah keunggulan.

2.   Kompatibel (Compatibility)
Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada.
Misalnya, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible). Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman  dan kebutuhannya. Contohnya, penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar inovasi akan terhambat.



3.   Kompleksitas (Complexity)
Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Adopter atau pengguna inovasi juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan inovasi. Artinya bagi individu  yang lambat  mamahami dan menguasainya  tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding individu yang cepat memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan  pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.
Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air yang tidak masak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.

4.   Trialabilitas (Trialability)
Trialabilitas (trialability) atau kemampuan uji coba ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Suatu inovasi yang dapat diuji cobakan dalam pengaturan (setting) sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukkan (mendemostrasikan) keunggulannya.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.




5.   Dapat Diamati (Observability)
Dapat diamati (observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi, karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca dan menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk melihat hasil yang nyta menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi.

Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu inovasi dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam atribut (Zaltman: 32-50). Untuk memperjelas kaitan anatara inovasi dengan cepat lambatnya proses penerimaan (adopsi), maka kita lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan Zaltman, sebagai berikut.
1.   Pembiayaan (cost), cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh pembiayaan, baik pembiayaan pada awal (penggunaan) maupun pembiayaan untuk pembinaan selanjutnya. Walaupun diketahui pula bahwa biasanya tingginya pembiayaan ada kaitannya dengan kualitas inovasi   itu sendiri. Misalnya penggunaan modul di sekolah dasar. Ditinjau dari pengembangan pribadi anak, kemandirian dalam usaha (belajar) mempunyai nilai positif, tetapi karena pembiayaan mahal maka akhirnya tidak dapat disebar luaskan.
2.   Balik modal (returns to investment), atribut ini hanya ada dalam inovasi di bidang perusahaan atau industri. Artinya suatu inovasi akan dapat dilaksanakan kalau hasilnya dapat dilihat sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan (perusahaan tidak merugi). Untuk bidang pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan karena hasil pendidikan tidak dapat diketahui dengan nyata dalam waktu relatif singkat.
3.   Efisiensi, inovasi akan cepat diterima jika ternyata pelaksanaan dapat menghemat waktu dan juga terhindar dari berbagai masalah/hambatan.
4.   Resiko dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima jika mengandung resiko yang sekecil-kecilnya bagi penerima inovasi.
5.   Mudah dikomunikasikan, inovasi akan cepat diterima bila isinya mudah dikomunikasikan dan mudah diterima klien.
6.   Kompatibilitas, cepat lambatnya penerimaan inovasi tergantung dari kesesuaiannya dengan nilai-nilai (value) warga masyarakat.
7.   Kompleksitas, inovasi yang dapat mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar.
8.   Status ilmiah, suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar. Sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya.
9.   Kadar keaslian, warga masyarakat dapat cepat menerima inovasi apabila dirasakan itu hal yang baru bagi mereka.
10.  Dapat dilihat kemanfaatannya, suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
11.  Dapat dilihat batas sebelumnya, suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat apabila dapat dilihat batas sebelumnya.
12.  Keterlibatan sasaran perubahan, inovasi dapat mudah diterima apabila warga masyarakat diikutsertakan dalam setiap proses yang dijalani.
13.  Hubungan interpersonal. Maka jika hubungan interpersonal baik, dapat mempengaruhi temannya untuk menerima inovasi. Dengan hubungan yang baik maka orang yang menentang akan menjadi bersikap baik, orang simpati akan menjadi tertarik dan orang yang tertarik akan menerima inovasi.
14.  Kepentingan umun atau pribadi (publicness versus privateness). Inovasi yang bermanfaat untuk kepentingan umum akan lebih cepat diterima daripada inovasi yang ditujukan pada kepentingan sekelompok orang sajaa.
15.  Penyuluh inovasi (gatekeepers). Untuk melancarkan hubungan dalam usaha mengenalkan suatu inovasi kepada organisasi sampai organisasi mau menerima inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat menjadi penyuluh inovasi. Misalnya untuk pelaksanaan program KB, maka diperlukan orang-orang yang bertugas mendatangi warga masyarakat untuk menjelaskan perlunya melaksanakan program KB. Tersedianya penyuluh inovasu akan memppengaruhi kecepatan penerimaan inovasi.

Demikian berbagai macam atribut inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami atribut tersebut para pendidik dapat menganalisis inovasi pendidikan yang sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu mempercepat penerimaan proses inovasi.

























DAFTAR RUJUKAN

Sa’ud, Udin S. 2012. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabet
Purnama, Puput. 2015. Karakteristik Inovasi. (online), http://puputpurnama11.blogspot.co.id/2015/01/karakteristik-inovasi.html. Diakses pada 30 Januari 2018 pukul 13.00


BAB II
KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN

2.1 Pengertian Karakteristik Inovasi
Secara etimologis, istilah karakteristik merupakan susunan dua kata yang terdiri dari kata karakteristik dan tafsir. Istilah karakteristik diambil dari Bahasa Inggris yakni characteristic, artinya mengandung sifat khas. Yang mengungkapkan sifat-sifat  khas dari sesuatu. Secara garis besar karakteristik adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.
Secara umum, karakteristik inovasi pendidikan dapat diartikan berdasarkan dua kata yakni, Karakteristik dan Inovasi Pendidikan. Karakteristik adalah ciri khas atau bentuk-bentuk watak yang dimiliki oleh setiap individu, corak tingkah laku, ataupun tanda khusus. Inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas, karakteristik inovasi pendidikan dapat diartikan sebagai ciri-ciri atau karakter dari suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan.

2.2 Karakteristik Inovasi Pendidikan
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Misalnya penyebarluasan penggunaan kalkulator dan “blue jean” , dalam waktu kurang dari 1 sampai 5 tahun sudah merata keseluruh Amerika Serikat, sedangkan penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil baru tersebar merata setelah memakan waktu beberapa puluh tahun. Everest M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakterisstik inovasi yang dappat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut:
1.   Keuntungan Relatif
Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan, dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Sebagai contoh para  adopter akan menilai apakah suatu  Inovasi  itu relatif menguntungkan atau lebih unggul dibanding yang  lainnya atau tidak. Untuk  adopter  yang menerima secara cepat  suatu inovasi, akan melihat inovasi itu  sebagai sebuah keunggulan.

2.   Kompatibel (Compatibility)
Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada.
Misalnya, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible). Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman  dan kebutuhannya. Contohnya, penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar inovasi akan terhambat.



3.   Kompleksitas (Complexity)
Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Adopter atau pengguna inovasi juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan inovasi. Artinya bagi individu  yang lambat  mamahami dan menguasainya  tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding individu yang cepat memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan  pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.
Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air yang tidak masak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.

4.   Trialabilitas (Trialability)
Trialabilitas (trialability) atau kemampuan uji coba ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Suatu inovasi yang dapat diuji cobakan dalam pengaturan (setting) sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukkan (mendemostrasikan) keunggulannya.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.




5.   Dapat Diamati (Observability)
Dapat diamati (observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi, karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca dan menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk melihat hasil yang nyta menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi.

Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu inovasi dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam atribut (Zaltman: 32-50). Untuk memperjelas kaitan anatara inovasi dengan cepat lambatnya proses penerimaan (adopsi), maka kita lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan Zaltman, sebagai berikut.
1.   Pembiayaan (cost), cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh pembiayaan, baik pembiayaan pada awal (penggunaan) maupun pembiayaan untuk pembinaan selanjutnya. Walaupun diketahui pula bahwa biasanya tingginya pembiayaan ada kaitannya dengan kualitas inovasi   itu sendiri. Misalnya penggunaan modul di sekolah dasar. Ditinjau dari pengembangan pribadi anak, kemandirian dalam usaha (belajar) mempunyai nilai positif, tetapi karena pembiayaan mahal maka akhirnya tidak dapat disebar luaskan.
2.   Balik modal (returns to investment), atribut ini hanya ada dalam inovasi di bidang perusahaan atau industri. Artinya suatu inovasi akan dapat dilaksanakan kalau hasilnya dapat dilihat sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan (perusahaan tidak merugi). Untuk bidang pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan karena hasil pendidikan tidak dapat diketahui dengan nyata dalam waktu relatif singkat.
3.   Efisiensi, inovasi akan cepat diterima jika ternyata pelaksanaan dapat menghemat waktu dan juga terhindar dari berbagai masalah/hambatan.
4.   Resiko dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima jika mengandung resiko yang sekecil-kecilnya bagi penerima inovasi.
5.   Mudah dikomunikasikan, inovasi akan cepat diterima bila isinya mudah dikomunikasikan dan mudah diterima klien.
6.   Kompatibilitas, cepat lambatnya penerimaan inovasi tergantung dari kesesuaiannya dengan nilai-nilai (value) warga masyarakat.
7.   Kompleksitas, inovasi yang dapat mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar.
8.   Status ilmiah, suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar. Sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya.
9.   Kadar keaslian, warga masyarakat dapat cepat menerima inovasi apabila dirasakan itu hal yang baru bagi mereka.
10.  Dapat dilihat kemanfaatannya, suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
11.  Dapat dilihat batas sebelumnya, suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat apabila dapat dilihat batas sebelumnya.
12.  Keterlibatan sasaran perubahan, inovasi dapat mudah diterima apabila warga masyarakat diikutsertakan dalam setiap proses yang dijalani.
13.  Hubungan interpersonal. Maka jika hubungan interpersonal baik, dapat mempengaruhi temannya untuk menerima inovasi. Dengan hubungan yang baik maka orang yang menentang akan menjadi bersikap baik, orang simpati akan menjadi tertarik dan orang yang tertarik akan menerima inovasi.
14.  Kepentingan umun atau pribadi (publicness versus privateness). Inovasi yang bermanfaat untuk kepentingan umum akan lebih cepat diterima daripada inovasi yang ditujukan pada kepentingan sekelompok orang sajaa.
15.  Penyuluh inovasi (gatekeepers). Untuk melancarkan hubungan dalam usaha mengenalkan suatu inovasi kepada organisasi sampai organisasi mau menerima inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat menjadi penyuluh inovasi. Misalnya untuk pelaksanaan program KB, maka diperlukan orang-orang yang bertugas mendatangi warga masyarakat untuk menjelaskan perlunya melaksanakan program KB. Tersedianya penyuluh inovasu akan memppengaruhi kecepatan penerimaan inovasi.

Demikian berbagai macam atribut inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami atribut tersebut para pendidik dapat menganalisis inovasi pendidikan yang sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu mempercepat penerimaan proses inovasi.

























DAFTAR RUJUKAN

Sa’ud, Udin S. 2012. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabet
Purnama, Puput. 2015. Karakteristik Inovasi. (online), http://puputpurnama11.blogspot.co.id/2015/01/karakteristik-inovasi.html. Diakses pada 30 Januari 2018 pukul 13.00


BAB II
KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN

2.1 Pengertian Karakteristik Inovasi
Secara etimologis, istilah karakteristik merupakan susunan dua kata yang terdiri dari kata karakteristik dan tafsir. Istilah karakteristik diambil dari Bahasa Inggris yakni characteristic, artinya mengandung sifat khas. Yang mengungkapkan sifat-sifat  khas dari sesuatu. Secara garis besar karakteristik adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.
Secara umum, karakteristik inovasi pendidikan dapat diartikan berdasarkan dua kata yakni, Karakteristik dan Inovasi Pendidikan. Karakteristik adalah ciri khas atau bentuk-bentuk watak yang dimiliki oleh setiap individu, corak tingkah laku, ataupun tanda khusus. Inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas, karakteristik inovasi pendidikan dapat diartikan sebagai ciri-ciri atau karakter dari suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan.

2.2 Karakteristik Inovasi Pendidikan
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Misalnya penyebarluasan penggunaan kalkulator dan “blue jean” , dalam waktu kurang dari 1 sampai 5 tahun sudah merata keseluruh Amerika Serikat, sedangkan penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil baru tersebar merata setelah memakan waktu beberapa puluh tahun. Everest M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakterisstik inovasi yang dappat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut:
1.   Keuntungan Relatif
Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan, dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Sebagai contoh para  adopter akan menilai apakah suatu  Inovasi  itu relatif menguntungkan atau lebih unggul dibanding yang  lainnya atau tidak. Untuk  adopter  yang menerima secara cepat  suatu inovasi, akan melihat inovasi itu  sebagai sebuah keunggulan.

2.   Kompatibel (Compatibility)
Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada.
Misalnya, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible). Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman  dan kebutuhannya. Contohnya, penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar inovasi akan terhambat.



3.   Kompleksitas (Complexity)
Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Adopter atau pengguna inovasi juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan inovasi. Artinya bagi individu  yang lambat  mamahami dan menguasainya  tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding individu yang cepat memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan  pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.
Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air yang tidak masak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.

4.   Trialabilitas (Trialability)
Trialabilitas (trialability) atau kemampuan uji coba ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Suatu inovasi yang dapat diuji cobakan dalam pengaturan (setting) sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukkan (mendemostrasikan) keunggulannya.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.




5.   Dapat Diamati (Observability)
Dapat diamati (observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi, karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca dan menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk melihat hasil yang nyta menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi.

Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu inovasi dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam atribut (Zaltman: 32-50). Untuk memperjelas kaitan anatara inovasi dengan cepat lambatnya proses penerimaan (adopsi), maka kita lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan Zaltman, sebagai berikut.
1.   Pembiayaan (cost), cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh pembiayaan, baik pembiayaan pada awal (penggunaan) maupun pembiayaan untuk pembinaan selanjutnya. Walaupun diketahui pula bahwa biasanya tingginya pembiayaan ada kaitannya dengan kualitas inovasi   itu sendiri. Misalnya penggunaan modul di sekolah dasar. Ditinjau dari pengembangan pribadi anak, kemandirian dalam usaha (belajar) mempunyai nilai positif, tetapi karena pembiayaan mahal maka akhirnya tidak dapat disebar luaskan.
2.   Balik modal (returns to investment), atribut ini hanya ada dalam inovasi di bidang perusahaan atau industri. Artinya suatu inovasi akan dapat dilaksanakan kalau hasilnya dapat dilihat sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan (perusahaan tidak merugi). Untuk bidang pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan karena hasil pendidikan tidak dapat diketahui dengan nyata dalam waktu relatif singkat.
3.   Efisiensi, inovasi akan cepat diterima jika ternyata pelaksanaan dapat menghemat waktu dan juga terhindar dari berbagai masalah/hambatan.
4.   Resiko dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima jika mengandung resiko yang sekecil-kecilnya bagi penerima inovasi.
5.   Mudah dikomunikasikan, inovasi akan cepat diterima bila isinya mudah dikomunikasikan dan mudah diterima klien.
6.   Kompatibilitas, cepat lambatnya penerimaan inovasi tergantung dari kesesuaiannya dengan nilai-nilai (value) warga masyarakat.
7.   Kompleksitas, inovasi yang dapat mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar.
8.   Status ilmiah, suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar. Sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya.
9.   Kadar keaslian, warga masyarakat dapat cepat menerima inovasi apabila dirasakan itu hal yang baru bagi mereka.
10.  Dapat dilihat kemanfaatannya, suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
11.  Dapat dilihat batas sebelumnya, suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat apabila dapat dilihat batas sebelumnya.
12.  Keterlibatan sasaran perubahan, inovasi dapat mudah diterima apabila warga masyarakat diikutsertakan dalam setiap proses yang dijalani.
13.  Hubungan interpersonal. Maka jika hubungan interpersonal baik, dapat mempengaruhi temannya untuk menerima inovasi. Dengan hubungan yang baik maka orang yang menentang akan menjadi bersikap baik, orang simpati akan menjadi tertarik dan orang yang tertarik akan menerima inovasi.
14.  Kepentingan umun atau pribadi (publicness versus privateness). Inovasi yang bermanfaat untuk kepentingan umum akan lebih cepat diterima daripada inovasi yang ditujukan pada kepentingan sekelompok orang sajaa.
15.  Penyuluh inovasi (gatekeepers). Untuk melancarkan hubungan dalam usaha mengenalkan suatu inovasi kepada organisasi sampai organisasi mau menerima inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat menjadi penyuluh inovasi. Misalnya untuk pelaksanaan program KB, maka diperlukan orang-orang yang bertugas mendatangi warga masyarakat untuk menjelaskan perlunya melaksanakan program KB. Tersedianya penyuluh inovasu akan memppengaruhi kecepatan penerimaan inovasi.

Demikian berbagai macam atribut inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami atribut tersebut para pendidik dapat menganalisis inovasi pendidikan yang sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu mempercepat penerimaan proses inovasi.

























DAFTAR RUJUKAN

Sa’ud, Udin S. 2012. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabet
Purnama, Puput. 2015. Karakteristik Inovasi. (online), http://puputpurnama11.blogspot.co.id/2015/01/karakteristik-inovasi.html. Diakses pada 30 Januari 2018 pukul 13.00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas Kuliah. Ice Breaking

ICE BREAKING untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran IPA di SD yang dibina oleh Dra. Sri Estu Winahyu, M. Pd. Disusun Oleh Ke...