Sabtu, 02 Juni 2018

Makalah teori belajar matematika Brunner, Gagne, Dienes, Ausuble, Piaget

TEORI BELAJAR BRUNER, GAGNE, DIENES,
AUSUBLE, DAN PIAGET

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Pembelajaran Matematika SD
Yang diampu oleh Dra. Endang Setyo Winarni, M. Pd


Oleh Kelompok 8:
Dwiana Ni’matus Salihah 150151601477
Iva Sugiarti 150151603559









UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Februari 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesehatan kepada kita semua dalam proses penyusunan makalah ini. Makalah yang disusun ini bertujuan untuk membahas tentang teori belajar menurut Bruner, Gagne, Dienes, Ausuble, dan Piaget. Dengan demikian diharapkan berbagai pihak dapat mengambil gambaran yang utuh mengenai materi ini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis tidak luput dari berbagai kesalahan, baik kesalahan dalam menyampaikan materi maupun kesalahan dalam hal penulisan. Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk dijadikan masukan dalam proses penyempurnaan tugas makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih khususnya kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang diberikan kepada kita semua, kepada Ibu  Dra. Endang Setyo Winarni, M. Pd, selaku dosen mata kuliah Pembelajaran Matematika SD , serta pihak-pihak yang terkait dalam proses penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan masyarakat.


      Malang, Februari 2018


Penulis




DAFTAR ISI

                                                                                                              Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I     PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah 1
Rumusan Masalah 2
                1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II    PEMBAHASAN
  2.1 Pengertian Belajar Secara Umum 3
2.2 Teori Belajar Menurut Para Ahli 3
2.2.1  Teori Belajar Bruner 4
2.2.2  Teori Belajar Gagne 6
2.2.3 Teori Belajar Dienes 8
2.2.4 Teori Belajar Ausuble 10
2.2.5 Teori Belajar Piaget 11
     
BAB III  PENUTUP
  3.1 Kesimpulan 12

DAFTAR RUJUKAN 16
BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang Masalah
Di dalam proses belajar dan mengajar ada berbagai kendala. Sesuai dengan pengalaman di lapangan, kendala tersebut bisa berupa kondisi pembelajaran yang membosankan, siswa yang kurang memperhatikan  dan tidak mau mendengarkan penjelasan gurunya, serta anak didik yang bandel. Sebagai guru profesional hendaknya dapat mengatasi beberapa permasalahan tersebut.
Teori belajar dimunculkan oleh para psikolog pendidikan setelah mereka mengalami kesulitan untuk menjelaskan proses belajar secara menyeluruh (Hazizah, 2015). Teori belajar dapat didefinisikan sebagai integrasi prinsip-prinsip yang menuntun di dalam merancang kondisi demi tercapainya tujuan pendidikan (Hazizah, 2015).. Beberapa teori belajar yang terkenal yaitu teori belajar menurut Bruner, Gagne, Dienes, Ausuble, Piaget. Dengan adanya teori belajar akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menjalankan model-model pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Oleh karena itu makalah yang membahas mengenai teori belajar ini disusun agar para pendidik mampu mengetahui dan memahami secara teoritis perubahan perilaku peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran sehingga proses belajar tersebut bisa berjaalan secara maksimal berdasarkan tujuan awal pembelajaran itu sendiri.

Rumusan Masalah
Apakah yang dimaksud dengan belajar ?
Apakah yang dimaksud dengan teori belajar?
Bagaimana teori-teori belajar tersebut menurut para ahli (Bruner, Gagne, Dienes, Ausuble, dan Piaget)?


Tujuan Penulisan
Menjelaskan pengertian dari belajar
Menjelaskan pengertian dari teori belajar
Menjelaskan tentang teori-teori yang dijabarkan oleh para ahli (Bruner, Gagne, Dienes, Ausuble, dan Piaget)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar Secara Umum
Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.
Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks (Gudang Pengertian; 2004; Pengertian Belajar Secara Umum; Online; http://gudangpengertian.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-belajar-secara-umum-dan.html; diakses pada 6 Februari 2018).
Menurut Gagne dalam buku karya Purwanto (1990 : 84) yang berjudul Psikologi Pendidikan, bahwa belajar adalah suatu hal yang terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Singkatnya, belajar adalah sebuah aktivitas yang terjadi apabila di dalamnya terdapat stimulus dan respon yang dilakukan dari waktu ke waktu.

2.2 Teori Belajar Menurut Para Ahli
Teori belajar adalah upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu manusia dalam memahami proses yang kompleks dari belajar dan dapat pula diartikan sebagai cara dalam mempelajari perkembangan  intelektual (mental) manusia/ siswa (Mulyana, Aina; 2015; Mengenal Berbagai Jenis Teori Belajar; Online;
http://ainamulyana.blogspot.com/2015/12/mengenal-berbagai-jenis-teori-belajar.html; diakses pada 6 Februari 2018).

Teori belajar memiliki banyak macam paham/ aliran seperti, Teori Belajar Kognitif, Behavioris, Konstruktivistik, Humanistik, dan lain-lainnya. Berikut merupakan teori belajar dari para ahli aliran kognitif, antara lain.

Teori Belajar Bruner
Bruner atau lengkapnya Jerome S. Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan psikologi belajar kognitif. Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang disebut free discovery learning, yang dikatakan dalam buku karya Budiningsih (2005 : 41) yang berjudul Belajar dan Pembelajaran, bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman  melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Adapun tahapan-tahapan dalam perkembangan seseorang/ anak yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu.
Tahap Enaktif (enactive)
Tahap ini terjadi apabila seseorang/ anak melakukan aktivitas-aktivitas sebagai upayanya dalam memahami lingkungan disekitarnya dengan menggunakan pengetahuan motoriknya.
Tahap Ikonik (iconic)
Tahapan yang terjadi ketika seseorang/ anak memahami  objek-objek di sekitarnya melalui gambar ataupun dengan media lainnya. Hal ini merupakan bentuk dari belajar melalui perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
Tahap Simbolik (symbolic)
Pada tahap ini, seseorang telah memiliki ide atau gagasan  abstrak yang dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika (Budiningsih, 2005 : 41).
Dalam Buku karya Dahar (2006 : 74) yang berjudul Teori Belajar dan Pembelajaran, Bruner mengemukakan empat tema pendidikan. 
Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Kurikulum hendaknya mementingkan sttruktur pengetahuan. Hal ini perlu sebab dengan struktur pengetahuan, kita menolong para siswa untuk melihat bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya memiliki hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain, dan pada informasi yang telah mereka miliki.
Tema kedua ialah tentang kesiapan belajar. Menurut Bruner (1966: 29 (dalam Dahar, 2006: 74) kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk mencapai keterampilan yang lebih tinggi. Kesiapan untuk geometri Euclidian misalnya, dapat diperoleh dengan memberikan  kesempatan pada para siswa untuk membangun konstruksi-konstruksi  yang makin kompleks dengan menggunakan poligon-poligon.
Tema yang ketiga menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi, yang dimaksudkan oleh Bruner (dalam Dahar, 2006: 74 ) yaitu, teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi itu merupakan kesimpulan yang sahih atau tidak. Hal yang dikemukakan oleh Bruner ini merupakan semacam educated guess yang kerap kali digunakan oleh para ilmuwan, arti, dan orang-orang kreatif lainnya.
Tema keempat dan terakhir yaitu, tentang motivasi atau keinginan untuk belajar  dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu. Pengalaman-pengalaman pendidikan yang merangsang motivasi ialah pengalaman dimana para siswa berpartisipasi secara aktif dalam menghadapi alamnya. Menurut Bruner  (dalam Dahar, 2006: 74 ), pengalaman belajar semacam ini dapat dicontohkan oleh pengalaman belajar penemuan yang intuitif.

Teori Belajar Gagne
Dalam aplikasi teori Gagne dalam pembelajaran dilihat dari karakteristik materi, misalnya pada pelajaran matematika yang berjenjang (hirarkis) memerlukan cara belajar yang berjenjang pula. Untuk memahami suatu konsep dan/atau rumus matematika yang lebih tinggi, diperlukan pemahaman yang memadai terhadap konsep dan/atau rumus yang ada di bawahnya.

Dalam teorinya, Gagne mengemukakan delapan fase dalam suatu tindakan belajar (Dahar, 1991:141-143). Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distruktur oleh siswa. Kedelapan fese yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Fase Motivasi
Siswa (yang belajar) harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan memperoleh hadiah.
Fase Pengenalan
Siswa harus memberi perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kajian instruksional, jika belajar akan terjadi. Misalnya, siswa memperhatikan aspek-aspek yang relevan tentang apa yang dikatakan guru, atau tentang gagasan-gagasan utama dalam buku teks.
Fase Perolehan
Bila siswa memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima pelajaran. Informasi tidak langsung terserap dalam memori ketika disajikan, informasi itu diubah ke dalam bentuk yang bermakna yang dihubungkan dengan materi yang telah ada dalam memori siswa.
Fase Retensi
Informasi baru yang diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Ini dapat terjadi melalui pengulangan kembali rehearsal), praktek (practice), elaborasi atau lain-lainnya.
Fase Pemanggilan
Bagian yang  penting dalam belajar adalah dengan belajar  kita memperoleh hubungan dengan apa yang telah dipelajari, untuk menggali informasi yang telah dipelajari sebelumnya
Fase Generalisasi
Biasanya informasi itu kurang nilainya jika tidak dapat diterapkan di luar konteks dimana informasi itu dipelajari. Transfer dapat ditolong dengan meminta para siswa untuk menggunakan informasi dalam keadaan baru.
Fase Penampilan
Siswa harus memperhatikan bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang tampak.
Fase Umpan Balik
Para siswa memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka yang menunjukkan apakah mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan.

Adapun instruksi belajar yang disampaikan oleh Gagne dalam Dahar (2006: 127) Teori Belajardan Pembelajaran, sebagai berikut
Mengaktifkan motivasi
Dapat dilakukan dengan membangkitkan perhatian mereka dalam isi pelajaran dan mengemukakan kegunaannya.
Memberi tahu tujuan belajar
Memberi tahu para siswa terhadap aspek-aspek yang relevan tentang pelajaran.
Mengarahkan perhatian
Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian dimana yang satu berfungsi untuk membuat siswa siap menerima stimulus-stimulus. Bentuk kedua perhatian disebut persepsi selektif.  Dengan in siswwa dapt memili informasi yang akan dteruskan ke memori jangka pendek.

Merangsang ingatan tentang pelajaran yang telah lampau
Dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, sebagai cara pengulangan.
Menyediakan bimbingan belajar
Untuk mempelajari informasi verbal, bimbingan dapat diberikan dengan cara mengaitkan informasi baru pada pengalaman siswa. Dalam belajar konsep, dapat diberikan contoh dan noncontoh.
Melancarkan retensi
Dapat dilakukan dengan sesering mungkin mengulangi pelajaran, serta memberikan banyak contoh, memberikan tabel, dagram, maupun gambar.
Membantu transfer belajar
Penguasaan fakta, konsep, serta keterampilan harus dimiliki para siswa untuk dapat enususn suatu rancana yang bak.
Memperlihatkan penampilan dan memberikan umpan balik
Dapat dilakukan dengan pemberian tes ataupun  pengamatan, sehingga giri sendiri mengetahui apakah tujuan belajar tela tercapai.

Teori Belajar Dienes
Teori belajar Dienes sangat terkait dengan konsep pembelajaran dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Enaktif dan Menyenangkan), karena teori ini menekankan tahap permainan, dimana tahap ini dapat membangkitkan semangat dan membuat anak senang dalam belajar. (Suryuti, 2015)
Adapaun Konsep Matematika Menurut Dienes. Dienes memandang bahwa setiap konsep (prinsip) matematika dapat dipahami dengan tepat jika disajikan melalui bentuk yang konkret/fisik. Dienes menggunakan istilah konsep untuk menunjuk suatu struktur matematika, suatu definisi tentang konsep yang jauh lebih luas daripada definisi Gagne. Menurut Dienes, ada tiga jenis konsep matematika yaitu konsep murni matematika, konsep notasi, dan konsep terapan. (Suryuti, 2015)
Konsep matematis murni  berhubungan dengan klasifikasi bilangan-bilangan dan hubungan-hubungan antar bilangan, dan sepenuhnya bebas dari cara bagaimana bilangan-bilangan itu disajikan.
Konsep notasi  adalah sifat-sifat bilangan yang merupakan akibat langsung dari cara penyajian bilangan.
Konsep terapan adalah penerapan dari konsep matematika murni dan notasi untuk penyelesaian masalah dalam matematika dan dalam bidang-bidang yang berhubungan. Panjang, luas dan volume adalah konsep matematika terapan.
Selain dengan adanya konsep-konsep dalam belajar, Dienes juga menjabarkan tahapan-tahapan dalam belajar. Menurut Dienes konsep-konsep matematika akan berhasil jika dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Dienes membagi tahap-tahap belajar menjadi 6 tahap, yaitu:
Permainan Bebas (Free Play)
Permainan bebas merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak berstruktur dan tidak diarahkan. Anak didik diberi kebebasan untuk mengatur benda. Selama permainan, pengetahuan anak muncul.
Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
Dalam permainan yang disertai aturan siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Keteraturan ini mungkin terdapat dalam konsep tertentu tapi tidak terdapat dalam konsep yang lainnya.
Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
Untuk melatih dalam mencari kesamaan sifat-sifat ini, guru perlu mengarahkan mereka dengan mentranslasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan lain. Translasi ini tentu tidak boleh mengubah sifat-sifat abstrak yang ada dalam permainan semula.
Permainan Representasi (Representation)
Representasi adalah tahap pengambilan sifat dari beberapa situasi yang sejenis. Segitiga, Segiempat, Segilima, Segienam, Segi dua puluh tiga
Permainan dengan Formalisasi (Formalization)
Dalam tahap ini siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut.

Teori Belajar David Ausuble
Teori belajar yang dikemukakan oleh David Ausuble disebut juga dengan Teori Belajar Bermakna. Ausuble mengatakan bahwa teori-teori belajar yang ada selama ini lebih menekankan pada belajar asosiatif atau belajar dengan hafalan. Menurut Ausuble, belajar seharusnya lebih bermakna dari pada hanya sekedar hafalan karena, belajar merupakan sebuah asimilasi yang bermakna bagi siswa. Maksudnya yaitu, materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif. Struktur kognitif ini merupakan sebuah struktur organisasional yang ada dalam ingatan seseorang yang mengintegrasikan unsur-unsur pengetahuan yang terpisah-pisah ke dalam suatu unit konseptual (Budiningsih, 2005 :  ).
Menurut Ausuble, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu.
Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau penemuan.
Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada (Dahar, 1988 :134)
Hal terpenting dalam penerapan teori belajar Ausuble ini terdapat pada pernyataannya dalam bukunya yang berjudul “Educational Psychology: A Cognitive View”(dalam Dahar, 1988 : 144) yang berbunyi:
“ The most important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach him accordingly” (Ausuble, 1968).

Artinya:

“Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia demikian.”

Hal tersebutlah yang menjadi inti dari teori belajar bermakna Ausuble. Sehingga, belajar yang bermakna dapat terwujud apabila siswa mampu mengaitkan konsep-konsep baru yang ditemuinya dengan konsep-konsep lama yang telah ia ketahui atau pahami sebelumnya


Teori Belajar Piaget
Piaget merupakan seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar kognitif lainnya. Dalam teori belajarnya, Piaget tidaklah melihat perkembangan kognitif anak sebagai suatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif, melainkan daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Berbeda dengan toeri Bruner yang menyatakan bahwa perkembangan bahasa besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif, maka Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa seseorang. Bahasa yang dimaksud disini yaitu kecakapan seseorang/ anak dalam mengemukakan ide atau gagasannya.
Menurut Piaget, terdapat tiga bentuk pengetahuan, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logiko-matematik, dan pengetahhuan social. Pengetahuan sosial dapat dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran siswa, sedangkan pengetahuan fisik dan logiko-matematik harus dibangun sendiri oleh anak dan salah satu caranya yaitu dengan membangun pengetahuan dengan ekuilibrasi (Budiningsih 2005 : 35 ; Dahar, 1988 : 190-191).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulkan yang dirangkum seperti berikut.
Belajar adalah sebuah aktivitas yang terjadi apabila di dalamnya terdapat stimulus dan respon yang dilakukan dari waktu ke waktu. Dalam kegiatan belajar tentunya ada lebih dari satu teori belajar yang membantu siswa maupun seseorang dalam belajar. Teori belajar sendiri disini diartikan sebagai suatu upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga membantu manusia dalam memahami proses yang kompleks dari belajar dan dapat pula diartikan sebagai cara dalam mempelajari perkembangan  intelektual (mental) manusia/ siswa.
Teori belajar yang dibahas di atas yaitu Teori Belajar Bruner, Teori Belajar Gagne, Teori Belajar Dienes, Teori Belajar Ausuble, dan teori Belajar Piaget. Kelima tokoh tersebut merupakan penganut dari aliran teori belajar kognitif.
Teori Belajar Bruner
Teori yang menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang dan mengatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman  melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Adapun tahapan-tahapan dalam perkembangan seseorang/ anak yang ditentukan oleh caranya melihat lingkungan, yaitu.
Tahap Enaktif (enactive)
Tahap Ikonik (iconic)
Tahap Simbolik (symbolic)

Teori Belajar Gagne
Dalam aplikasi teori Gagne dalam pembelajaran dilihat dari karakteristik materi, misalnya pada pelajaran matematika yang berjenjang (hirarkis) memerlukan cara belajar yang berjenjang pula.
Dalam teorinya, Gagne mengemukakan delapan fase dalam suatu tindakan belajar (Dahar, 1991:141-143). Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat distruktur oleh siswa. Kedelapan fese yang dimaksud adalah sebagai berikut :
Fase Motivasi
Fase Pengenalan
Fase Perolehan
Fase Retensi
Fase Pemanggilan
Fase Generalisasi
Fase Penampilan
Fase Umpan Balik
Adapun instruksi belajar yang disampaikan oleh Gagne dalam Dahar (2006: 127) Teori Belajardan Pembelajaran, sebagai berikut
Mengaktifkan motivasi
Memberi tahu tujuan belajar
Mengarahkan perhatian
Merangsang ingatan tentang pelajaran yang telah lampau
Menyediakan bimbingan belajar
Melancarkan retensi
Membantu transfer belajar
Memperlihatkan penampilan dan memberikan umpan balik

Teori Belajar Dienes,
Teori belajar Dienes sangat terkait dengan konsep pembelajaran dengan pendekatan PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Enaktif dan Menyenangkan), karena teori ini menekankan tahap permainan, dimana tahap ini dapat membangkitkan semangat dan membuat anak senang dalam belajar.
Menurut Dienes, ada tiga jenis konsep matematika yaitu konsep murni matematika, konsep notasi, dan konsep terapan. (Suryuti, 2015)
Konsep matematis murni
Konsep notasi
Konsep terapan
Selain dengan adanya konsep-konsep dalam belajar, Dienes juga menjabarkan tahapan-tahapan dalam belajar.
Permainan Bebas (Free Play)
Permainan yang Menggunakan Aturan (Games)
Permainan Kesamaan Sifat (Searching for communalities)
Permainan Representasi (Representation)
Permainan dengan Formalisasi (Formalization)

Teori Belajar Ausuble
Menurut Ausuble, belajar seharusnya lebih bermakna dari pada hanya sekedar hafalan karena, belajar merupakan sebuah asimilasi yang bermakna bagi siswa. Maksudnya yaitu, materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif.
Hal terpenting dalam penerapan teori belajar Ausuble ini terdapat pada pernyataannya dalam bukunya yang berjudul “Educational Psychology: A Cognitive View”(dalam Dahar, 1988 : 144) yang berbunyi:
“ The most important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertain this and teach him accordingly” (Ausuble, 1968).

(“Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Yakinilah ini dan ajarlah ia demikian”).

Teori Belajar Piaget
Dalam teori belajarnya, Piaget tidaklah melihat perkembangan kognitif anak sebagai suatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif, melainkan daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.
Menurut Piaget, terdapat tiga bentuk pengetahuan, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logiko-matematik, dan pengetahhuan social.

Saran
Untuk Penulis : lebih banyak membaca literature dan buku-buku yang 
relevan untuk menambah pengetahuan dan wawasan 
serta meningkatkan kemampuan dalam menulis.
Untuk Pembaca : selalu sertakan daftar rujukan dalam setiap penulisan 
kutipan, baik kutipan langsung maupun kutipan tidak
langsung.

DAFTAR RUJUKAN

Sumber Buku:
Achmad, dkk. Teori Belajar Gagne. Makalah, disajikan pada September 2017.
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Dahar, Ratna Wilis. 1988. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Dahar, Ratna Wilis, 2006. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja            Rosdakarya.

Sumber Internet:
Gudang Pengertian. 2004. Pengertian Belajar Secara Umum. (Online). http://gudangpengertian.blogspot.co.id/2014/10/pengertian-belajar-secara-umum-dan.html, diakses pada 6 Februari 2018.
Mulyana, Aina. 2015. Mengenal Berbagai Jenis Teori Belajar. (Online). http://ainamulyana.blogspot.com/2015/12/mengenal-berbagai-jenis-teori-belajar.html, diakses pada 6 Februari 2018.
Suyuti, Darman. 2015. Teori Belajar Dienes. (Online), http://darmansuyuti.blogspot.co.id/2015/05/teori-belajar-dienes.html, diakses pada 6 Februari 2018.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tugas Kuliah. Ice Breaking

ICE BREAKING untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran IPA di SD yang dibina oleh Dra. Sri Estu Winahyu, M. Pd. Disusun Oleh Ke...