BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Filsafat Pendidikan
Filsafat mempunyai definisi yaitu berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, serta agama)dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar persoalannya. (Tri Prasetya dalam buku “Filsafat Pendidikan” karangan Maman Abd. Jalil, 2001 : 10)
Pendidikan merupakan segala usaha dan per uatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta keterampilannya kepad generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. (Tri Prasetya, 2002 : 15)
Filsafat pendidikan merupakan terapan ilmu filsafat terhadap problema pendidikan atau filsafat yang diterapkan dalam suatu usaha pemikiran (analisa filosofis) mengenai masalah pendidikan. (Tri Prasetya, 2002 : 23)
Topik Filsafat
Pengertian Filsafat
Berdasarkan sejarah perkembangan pemikiran mengenai kefilsafatan, dari berbagai ahli selalu memiliki perbedaan yang jumlah perbedaannya hampir sama dengan jumlah ahli filsafat tersebut. Sehingga untuk dapat memahami pengertian mengenai filsafat, filsafat dapat ditinjau dari segi etimologi dan terminologi. Secara etimologi atau kebahasaan filasat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sangat mendalam. Istilah tersebut berasal kata philoshopia yang berasal dari bahasa Yunani dimana kata philoshopia terdiri dari kata philein yang memiliki arti cinta dan shopia yang berarti kebijaksanaan. Secara terminologi, berarti makna yang terkadung dalam filsafat itu sendiri. Karena banyaknya batasan mengenai arti filsafat, untuk gambarannya diberikan beberapa batasan seperti definisi filsafat menurut Plato, Aristoteles dan beberpa ahli filsafat lainnya (Surajiyo, 2013:3).
B. Topik Filsafat
Beberapa pengertian dari topik-topik filsafat diantaranya :
Logika dala topik filsafat yang menyelidiki lirus tidaknya pemikiran kita. Lapangan dalam logika adala asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Dengan mempelajari logika diharapkan dapat menerapkan asas bernalar sehingga dapat menarik kesimpulan dengan tepat. Contohnya : persoalan logoika antara lain apa yang dimaksut dengan pengertian? Apa yang dimaksud dengan penyimpulan?
Epistimologi adalah bagian filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahian pengetahuan. Dengan belajar epistimologi dan filsafat ilmu diharapkan dapat membedakan antara pengetahuan dan ilmu serta mengetahui dan menggunakan metode yang tepat dalam memperoleh suatu ilmu serta mengetahui kebenaran suatu ilmu itu ditinjau dari isinya. Persoalan epistimologi antara lain adala bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu? Darimana pengetahuan diperoleh ?
Etika adalah topik filsafat yang membicarakan tentang tangka laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan baik-buruk. Dengan belajar etika dapat membedakan istilah yang sering muncul seperti etika, norma, dan moral. Di samping itu,dapat mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang baik menurut teori-teori tertentu, dan sikap yang baik sesuatu dengan kaidah-kaidah etika. Berbagai persoalan dalam etika diantaranya adalah apa yang dimaksud ‘baik’ dan ‘buruk’ secara normal? Apa syarat-syarat sesuatu perbuatan dikatakan baik secara moral ?
Estetika adalah topik filsafat yang membicarakan tentang keindahan. Objek dari estetika adalah pengalaman akan keindahan. Dengan belajar estetika diharapkan dapat membedakan antara estetika filsafati dan estetika ilmiah, berbagai teori keindahan-keindahan. Persoalan estetis diantaranya adalah apakah keindahan itu? Keindahan bersifat objektif atau bubjektif ?
Metafisika adalah topik filsafat yang membicarakan tentang yang ada. Metafisika membicarakan sesuatu di sebalik yang tampak. Dengan belajar metafisika justruorang akan lebih mengenal akan Tuhannya, dan mengetahui berbagai macam aliran yang ada dalam metafisika. Persoalan metafisika antara lain diantaranya adalah apa yang dimaksud dengan ada, kebenaran, atau eksistensi itu ? bagaimanakah penggolongan dari ada, keberadaan atau eksistensi ?
( Surajiyo,2013:22-23) Untuk dapat menghubungkan teori pendidikan dengan filsafat kita dapat melihat ontologi, epitimologi dan aksiologi dari ilmu pendidikan itu sendiri.
1. Ontologi
Ontologi adalah aspek pemikiran filsafat yang menelaah tentang keberadaan sesuatu. Onotologinya ilmu menguji keberadaan ilmu dalam arti apakah apa yang dikatakan sebagai ilmu tentu itu memang ada dan berbeda dengan ilmu-ilmu yang lain. Bagi manusia pengetahuan tentang segala sesuatu yang diperoleh diolah lebih lanjut menjadi lebih bermanfaat bagi hidupnya. Hal ini dilakukan manusia karena manusia diberi kemampuan lain disamping kemampuan untuk mengindera, yaitu kemampuan berpikir dan berbahasa yang relatif sempurna.
Dengan kemampuan berpikirnya, manusia dapat memcari dan menemukan hubungan pengetahuan satu dan pengetahuan lain serta mendapatkan pengetahuan baru yang secara kumulatif dan menjadi pengetahuan yang lebih sempurna. Dengan kemampuan berpikirnya, manusia dapat mengolah kumpulan pengetahuan untuk dijadikan sarana penyempurna hidupnya. (98-99)
2. Epistimologi
Epistimologi adalah cabang ilmu filsafat yang mempersoalkan kebenaran dan bagaimana cara memperoleh kebenaran. Tentang arti kebenaran sendiri terdapat sudut pandang yang berbeda-beda dalam filsafat. Ada yang berbendapat bahwa kebenaran itu memang ada, tetapi ada juga yang berpendapat kebenaran itu tidak ada. Kebenaran dapat juga diperoleh secara individual melalui berpikir kritis, yaitu kebenaran yang diperoleh seseorang dengan cara berpikir keras, sungguh-sungguh, sistematik dan menggunakan alur berpikir logis. Hasil pemikiran yang hebat adalah kebenaran yang diperoleh para filosof atau paling tidak yang diperoleh oleh para genius.
3. Aksiologi
Pokok permasalahan aksiologi ilmu adalah untuk mengetahui apakah pengembangan dan penggunaan ilmu hanya semata-mata demi ilmu itu sendiri ataukah harus memperhatikan norma-norma di luar ilmu tersebut. Pertimbangan kriteria ilmu sendiri, yang penting ilmu itu harus diperoleh secara kritis, rasional, logis, objektif, terbuka, menjunjung tinggi kebenaran, dan pemanfaatanya bersifat universal.
Teori Pendidikan
Teori adalah hasil dari sebuah proses ilmiah. Sebuah teori mempunyai tahapan yang diproses melalui pengumpulan fakta, pengembangan konsep, dan perumusan generalisasi.
Teori pendidikan merupakan pernyataan-pernyataan umum tentang pendidikan, yang digunakan untuk menjelaskan keterkaitan antar berbagai fakta atau fenomena pendidikan. (Anselmus JE Toenlie dalam buku “Teori dan Filsafat Pendidikan”, 2014 : 7)
Menurut Ki Hajar Dewantara (Anselmus JE Toenlie, 2014 : 8), pendidikan nasional adalah pendidikan yang beralaskan garis hidup dari bangsanya. (cultureel national) dan ditujukan untuk keperluanperi kehidupan yang dapat mengangkat derajat negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja bersama-sama dengan lain-lain bangsa untuk memuliakan segenap manusia seluruh dunia.
Adapun Undang-undang Republik Indonesia No. 2, Tahun 1989 pada Bab 1 Pasal 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan/atau latian bagi peranannya di masa yang akan datang.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pada Bab 1 Pasal 1 juga menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembekaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatas spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. (Anselmus JE Toenlie dalam buku “Teori dan Filsafat Pendidikan”, 2014 : 9-10)
Beberapa ahli yang mengungkapkan tentang teori pendidikan diantaranya :
Thompson
Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifatnya.
M.J. Longeveled
Pendidikan merupakan usaha , pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Prof. Richey
Dalam bukunya ‘Planning for teaching, an Introduction to Education’ menjelaskan Istilah ‘Pendidikan’ berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung jawabnya di dalam masyarakat.
Ibnu Muqaffa (salah seorang tokoh bangsa Arab yang hidup tahun 106 H- 143 H, pengarang Kitab Kalilah dan Daminah)
Pendidikan itu ialah yang kita butuhkan untuk mendapatkan sesuatu yang akan menguatkan semua indera kita seperti makanan dan minuman, dengan yang lebih kita butuhkan untuk mencapai peradaban yang tinggi yang merupakan santaan akal dan rohani.
Plato (filosof Yunani yang hidup dari tahun 429 SM-346 M)
Pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing-masing dari jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesemurnaan
(http://www.e-jurnal.com/2013/11/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html)
Teori-teori Pendidikan Kontemporer
Progresivisme
Latar Belakang
Progresivisme sebagai sebuah teori pendidikan muncul sebagai bentuk rekasi terbatas terhadap pendidikan tradisional yang menekankan metode-metode formal pengajaran, belajar mental (kejiwaan), dan susastra klasik peradaban Barat. Pengaruh intelektual utama yang melandasi pendidikan progresif adalah John Dewey, Sigmud Freud, dan Jean Jacques Rousseau. (Knight,2007:145-146)
Prinsip-prinsip Progresif :
Proses pendidikan menemukan asak-muasal dan tujuannya pada anak
Subjek-subjek didik adalah aktif bukan pasif
Peran guru adala sebagai penasihat, pembimbing, dan pemandu, daripada sebagai rujukan otoriter (tak bisa dibantah) dan pengarah ruang kelas
Sekolah adalah sebuah dunia kecil (miniatur) masyarakat besar
Aktifitas ruang kelas memfokuskan pada pemecahan masalah daripada metode-metode artifisial (buatan) untuk pengajaran materi kajian.
Atmosfer sosial sekolah harus kooperatif dan demokratis. (Knight,2007:148-155)
Humanisme
Latar belakang
Progresivisme yang terogranisir berkembang hingga akhir pertengahan dekade lima puluhan, akan tetapi ide pemikirannya tetap eksis dan berpengaruh melalui berbagai gerakan yang secara umum mengacu sebagai humanisme pendidikan. Kalangan humanis mengadopsi sebagian banyak prinsip-prinsip progresif yang mencakup ke terpusatan pada anak, peran guru yang tidak otoritatif, pemfokusan pada subjek didik yang terlibat aktif, dan sisi-sisi pendidikan yang kooperatif dan demokratis. (Knight,2007:157)
Prinsip-prinsip Humanistik
Mewujudkan lingkungan-lingkungan belajar dimana para anak akan terbebas dari kompetisi yang seru, kedisiplinan yang keras, dan takut gagal. Tujuan mendasar pendidikan bagi kalangan humanis lebih terpusat pada aktulalisasi diri daripada sekedar penguasaan penuh pengetahuan sebagai tujuan akhirnya. Sejalan dengan akar keberadaanya, humanisme kependidikan berupaya menghindari orientasi utama masyarakat modern. (Knight,2007:159)
Pereniliasme
Latar Belakang
Perenisialis modern secara umum menampilakan sebua penolakan besar-besaran terhadap cara pandang progresif. Dengan demikian kalangan perenialisme mempelopori gerakan kembali pada hal-hal absolut dan memfokuskan pada ide gagasan yang luhur menyejarah dari budaya manusia ide gagasan. Perenisialis menekankan arti penting akal budi, nalar, dan karya-karya besar pemikir masa lalu. Peresinialis adalah pendidikan klasik dan tradisional dalam suatu bentuk yang diperbaharui yang lebih spesifik dalam formulasi-formulasi teoretisnya karena munculnya di latari oleh ‘musuh’ yang nyata. (Knight,2007:164-165)
Prinsip-prinsip Presenialisme :
Manusia adalah hewan rasional
Akikat (watak) dasar manusia secara universal tak berubah: pendidikan harus sama untuk setiap orang.
Materi kajian, bukan subjek didik, harus berada pada inti usaha serius kependidikan
Karya-karya besar maa lampau adalah sebuah “Gudang” pengetahuan dan kebijaksanaan yang telah teruji waktu dan relevan dengan masa kita.
Pengalaman pendidikan adalah (lebih dari) sebuah persiapan untuk hidup daripada sebuah kondisi kehidupan yang rill. (Knight,2007:169-175)
Esensialisme
Esensialisme membentuk arus utama pemikiran yang lebih memperhatikan fungsi sekolah dan mengalihkan fakta-fakta dan kebenaran dari pada memperhatikan inovasi dan embel-embel kependidikan. Sejak tahun 1930-an kalangan esensialisme telah mencanangkan usaha-usaha besar memperingatkan masyrakat Amerika tentang ‘pendidikan menyesuaikan hidup’ pendidikan berpusat pada anak dan kemerosotan belajar. Pada tahun 1938 berdiri sebuah wadah organisasi utama dalam bentuk Komite Esensialis untuk pertimbangan pendidikan Amerika dibawah pimpinan William C.Bagley, Isaac L.Kandel, dan Frederick Breed. (Knight,2007:177)
Prinsip-prinsip Esensialisme :
Tugas pertama sekolah adalah mengajarkan pengetahuan dasariah
Belajar adalah usaha keras dan menuntut kedisiplinan
Guru adalah lokus otoritas ruang kelas (Knight,2007:178-180)
Rekonstruktivisme
George S.Count mengembangkan sebuah pendekatan yang meriah terhadap pendidikan lewat pidato provokatif pada tahun 1932 diterbitkan dengan tajuk Dare the School Build a New Social Order. Count mengajak pendidik untuk membuang mentalitas budak mereka, agar secara hati-hati menggapi kekuatan dan kemudian berjuang membentuk sebuah tatanan sosial baru yang didasarkan pada sistem ekonomi kolektif dan prinsip-prinsip politik demokratis. (Knight,2007:183-184)
Prinsip-prinsip Rekonstruktivisme:
Masyarakat dunia sedang dalam kondisi krisis, jika praktik-praktik yang ada sekarang tidak dibalik (diubah secara mendasar), maka peradaban yang kita kenal ini akan mengalami kehancuran
Solusi efektif satu-satunya bagi persoalan-persoalan dunia kita adalah penciptaan tatanan sosial yang menjagat
Pendidikan formal dapat menjadi agen utama dalam rekonstruksi taman sosial
Metode-metode pengajaran harus didasarkan pada prisnsip-prinsip demokratis yang bertumpu pada kecerdasan ‘Asali’ jumlah mayoritas untuk merenungkan dan menawarkan solusi yang paling valid bagi persoalan-persoalan umat manusia
Jika pendidikan formal adalah bagian yang tak terpisahkan dari solusi sosial dalam kritis dunia sekarang, maka ia harus secara aktif mengajarkan perubahan sosial. (Knight,2007:185-190)
Behaviorisme
Latar Belakang Behavioris
Sebuah aliran utama dalampndidikan semenjak pertengahan abad ini adalah behavioris. Behaviorisme dalam salah satu pengertianya adalah suatu teori psikologis, namun dalam pengertian lain ia telah “membongkar” batas-batas perhatian psikologis tradisional dan mengembangkan suatu teori kependidikan yang menyentak. Sebagai sebuah pendekatan kependidikan ia mendapatkan pengakuan dari kalangan ilmuwan modern yang menghargai metodelogi ilmiah dan objetivitas, dan juga kelompok terbatas dari komunitas bisnis yang mementingkan hasil-hasil langsung dan kelihatan, efesiensi serta keekonomisan. Bapak behaviorisme modern, John B. Waston (1878-1936), menegaskan bahwa tingkah laku manusia adalah sesuatu dari refleks-refleks yang terkondisikan. (Knight,2007:193-195)
Prinsip-prinsip Behavioristik :
Manusia adalah sebuah binatang yang berkembang tinggi dan ia belajar sebagimana binatang-binatang lainnya belajar
Pendidikan adalah sebuah proses rekayasa tingkah laku
Peran guru adalah menciptakan sebuah lingkungan belajar yang efektif
Efisiensi, ekonomi, ketepatan dan objektivitas merupakan pertimbangan-pertimbangan nilai inti dalam pendidikan. (Knight,2007:197-201)
Hubungan Filsafat dan Teori Pendidikan
Beberapa hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan dapat diuraikan diantaranya :
Filsafat dalam arti analisa filsafat merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, di samping menggunakan metoda-metoda ilmiah lainnya. Sementara itu dengan filsafat, sebagai pandangan tertentu terhadap suatu objek, misalnya filsafat idealisme, realisme, materialisme, dan sebagainya, akan mewarnai pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori-teori pendidikan yang dikembangkannya.
Filsafat berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan serta aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata. Artinya mengarahkan agar teori-teori dan pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.
Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan juga mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau pedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejala kependidikan yang tertentu pula. (Prasetnya, 2002 : 151-153)
Selain hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan juga terdapat hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Saifullah sebagai berikut:
Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:
Kegiatan merumuskan dasar-dasar dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakikat manusia serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan, pendidikan atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan negara.
Definisi di atas merangkum dua cabang ilmu pendidikan, yaitu filsafat pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan hubungan antara keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi tertentu. (Prasetya, 2002:153)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tugas Kuliah. Ice Breaking
ICE BREAKING untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran IPA di SD yang dibina oleh Dra. Sri Estu Winahyu, M. Pd. Disusun Oleh Ke...
-
PRINSIP DAN MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Pembelajaran Kelas Rangkap ...
-
KONSEP DASAR FILSAFAT PADA UMUMNYA DAN FILSAFAT PENDIDIKAN PADA KHUSUSNYA MAKALAH Untuk memenuhi tugas matakuliah Filsafat dan Teori Pend...
-
TEORI BELAJAR BRUNER, GAGNE, DIENES, AUSUBLE, DAN PIAGET MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Pembelajaran Matematika SD Yang diam...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar