Minggu, 04 Februari 2018

contoh mading 3D tugu kota Malang. di buat oleh penggalang SDN Asrikaton 1 Kabupaten Malang.

Kamis, 01 Februari 2018

catatan kuliah_SEJARAH KEPRAMUKAAN



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Sejarah Kepanduan
Gerakan pramuka dikenal juga dengan istilah  gerakan kepanduan. Gerakan kepanduan adalah gerakan pembinaan yang memiliki pengaruh mendunia. Gerakan kepanduan terdiri atas berbagai organisasi kepemudaan yang bertujuan untuk melatih fisik, mental, dan spiritual para pesertanya dengan mendorong mereka untuk melakukan kegiatan positif di dalam masyarakat. Tujuan ini dicapai melalui program latihan dan pendidikan kepramukaan yang mengutamakan aktivitas praktis di lapangan.
Gerakan ini pertama kali  dilakukan pada tahun 1907 oleh Robert Baden Powell, seorang letnan Jendral angkatan bersenjata Inggris Raya dan Wiliam Alexander Smith, Pendiri Boys Brigade, menyelenggarakan perkemahan kepanduan pertama ( Jambore) di Kepulauan Brownsea, Inggris. Ide untuk menyelenggarakan gerakan tersebut muncul ketika Baden Powell dan pasukannya berjuang mempertahankan kota Mafeking di Afrika Selatan dari semngan tentara Boer. Ketika itu pasukanya kalah banyak dibanding Tentara Boer. Untuk mengakalinya, sekelompok pemuda dikumpulkan dan dilatih untuk menjadi tentara sukarela.
Tugas utama mereka adalah membantu militer mempertahankan kota. Mereka mendapatkan tugas-tugas ringan tapi penting, seperti mengantarkan pesan yang diberikan Baden Powell keseluruh anggota militer di kota tersebut. Pekerjaan itu dapat diselesaikan dengan  baik sehingga pasukan-pasukan Baden Powell dapat mempertahankan kota Mafeking selama beberapa bulan. Sebagai penghargaan atas keberhasilan yang mereka dapatkan, setiap anggota tentara sukarela di beri sebuah lencana. Gambar dari lencana tersebut kemudian digunakan sebagai Logo dari Kepanduan Dunia. Keberhasilan Baden-Powell mempertahankan kota Mafeking membuatnya dianggap sebagai pahlawan. lapun kemudian menulis sebuah buku yang berjudul Aids to Scouting (1899) dan menjadi buku terlaris pada saat itu.
Pada tahun 1906, Emest Thompson Seton, seorang pria keturunan Inggris — Kanada yang tinggal di Amerika, mengirim bukunya berjudul The Birehbark Roll of the Woodcraft Indians kepada Baden Powell. Seton sering mengadakan pertemuan dengan Baden Powell dan menyusun rencana untuk Gerakan Pemuda kepramukaan yang dirintisnya.
Pertemuannya dengan Seton mendorongnya untuk menulis ulang bukunya yang kemudian di beri judul Boys Patrol. Saat itu, buku ini hanya ditujukan sebagai buku petunjuk kepanduan bagi pria. Kemudian, untuk menguji ide-idenya, ia mengadakan sebuah perkemahan untuk 21 pemuda dari berbagai lapisan masyarakat selama seminggu penuh di kepulauan Brownsea, Inggris. Metode organisasinya yang dikenal dengan sistem patroli menjadi kunci dari pelatihan kepaduan yang dilakukannya. Sistem ini mengharuskan para pemuda untuk membentuk beberapa kelompok kecil, kemudian menunjuk salah satu dari mereka untuk menjadi ketua dari kelompok tersebut.
Setelah bukunya diterbitkan dan perkemahan yang dilakukan nya sukses, Baden Powell kemudian melakukan tur yang direncanakan oleh Arthur Pearson untuk mempromosikan pemikirannya ke seluruh Inggris. Setelah menyelesaikan tur tersehut Baden Powell pun menulis sebuah buku berjudul Scouting for Boys, yang dikenal sebagai buku Kepanduan edisi pertama Saat itu Baden Powell berharap bukunya dapat membeerikan ide baru untuk beberapa organisasi pemuda yang sudah ada. Namun, beberapa pemuda malah membentuk satu organisasi ham yang disebut Boy Scout dan meminta Baden Powell menjadi pembimbing mereka. Ia pun setuju dan mulai mendorong mereka untuk belajar, berlatih serta mengembangkan organisasi tersebut.
Setelah anggota lari organisasi tcrsebut semakin banyak, Baden-Powell pun membentuk sebuah Pusat Pelatihan Kepemimpinan untuk orang dewasa (Adult Leadership Training Center) di sebuah taman dekat kota London. Setelah buku Scouting for Boys diterbitkan, Pramuka pun mulai dikenal diseluruh wilayah Inggris dan Irlandia. Gerakan Kepanduan sendiri perlahan lahan diterapkan di seluruh wilayah kerajaan Inggris dan Koloninya.
1.1 Sejarah Gerakan Pramuka
Gagasan Baden Powell yang cemerlang dan menarik itu akhirnya menyebar ke berbagai negara termasuk Netherland atau Belanda dengan nama Padvinder. Oleh orang Belanda gagasan itu dibawa ke Indonesia dan didirikan organisasi oleh orang Belanda di Indonesia dengan nama NIPV (Nederland Indisehe Padvinders Vereeniging = Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda). Oleh pemimpin-pemimpin gerakan nasional dibentuk organisasi kepanduan yang bertujuan membentuk manusia Indonesia yang baik dan menjadi kader pergerakan nasional. Sehingga muncul bennacam-macam organisasi kcpanduan antara lain JP0 (Javaanse Padvinders Organintle) JJP (Jong Java Padvindery), NATIPIJ (National Islamitsche Padvindery), SIAP (Sarekat Islam Afdcling Padvindery), HW (Hisbul Wathon).
Dengan adanya larangan pemerintah Hindia Belanda menggunttkan istilah Padvindcry maka K.H. Agus Salim menggunakan nama Pandu atau Kepanduan. Dengan meningkatnya kesadaran nasional setelah Sumpah Pemuda, maka pada tahun 1930 organisasi kepanduan seperti IPO, PK (Pandu Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatra) bergabung menjadi KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Kemudian tahun 1931, terbentuklah PAPI (Persatuan Antar Pandu Indonesia) yang berubah menjadi BPPKI (Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia) pada tahun 1938.
Pada waktu pendudukan Jepang, Kepanduan di Indonesia dilarang sehingga tokoh Pandu banyak yang masuk Keibondan, Seinendan, dan PETA. Setelah tokoh proklamasi kemerdekaan dibentuklah Pandu Rakyat Indonesia pada tanggal 28 Desember 1945 di Surakarta sebagai satu-satunya organisasi kepanduan. Sekitar tahun 1961 kepanduan Indonesia terpecah menjadi 100 organisasi kepanduan yang terhimpun dalam 3 federasi organisasi yaitu WINDO (lkatan Pandu Indonesia) berdiri 13 September 1951, POPPINDO (Persatuan Pandu Puteri Indonesia) tahun 1954 dan PKPI (Peraatuan Kepanduan Puteri Indonesia) Menyadari kelemahan yang ada maka ketiga federasi melebur menjadi satu dengan nama PERKINDO (Persatuan Kepanduan Indonesia).
Karena masih adanya rasa golongan yang tinggi membuat Perkindo masih lemah. Kelemahan gerakan kepanduan Indonesia akan dipergunakan oleh pihak komunis agar menjadi gerakan Pioner Muda seperti yang terdapat di negara komunis. Akan tetapi kekuatan Pancasila dalam Perkindo menentangnya dan dengan bantuan perdana Menteri Ir. Juanda maka perjuangan menghasilkan Keppres No. 238 tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka yang pada tanggal 20 Mei 1961 ditandatangani oleh Pjs Presiden RI Ir Juanda karena Presiden Soekarno sedang herkunjung ke Jepang.
Di dalam Keppoes ini gerakan pramuka oleh pemerintah ditetapkan sehagai satu-satunya badan di wilayah Indonesia yang diperkenankan menyelenggarakan pendidikan kepramukaan. sehingga organisasi lain yang menyerupai dan sama sifatnya dengan gcrakan pramuka dilarang keberadaannya.

1.2  Perkembangan Gerakan Pramuka
Ketentuan dalam Anggaran Dasar gerakan pramuka tentang prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya seperti tersebut di atas ternyata banyak membawa perubahan sehingga pramuka mampu mengembangkan kegiatannya. Gerakan pramuka ternyata lebih kuat organisasinya dan tepat berkembang dari kota ke desa. Kemajuan Gerakan Pramuka akibat dari sistem Majelis Pembimbing yang dijalankan di tiap tingkat, dari tingkat Nasional sampai tingkat Gugus Depan. Mengingat kira-kira 80 % penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan 75 % adalah petani maka tahun 1961 Kwarnas Gerakan Pramuka menganjurkan supaya para pramuka mengadakan kegiatan di hidang pembangunan desa.
Pelaksanaan anjuran ini terutama di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat menarik perhatian Pimpinan Masyarakat. Maka, tahun 1966 Menteri Pertanian dan Ketua Kwartir Nasional mengeluarkan instruksi bersama pembentukan Satuan Karya Taruna Bumi. Kemudian diikuti munculnya saka Bhayangkara, Dirgantara dan Bahari. Untuk menghadapi problema sosial yang muncul maka pada tahun 1970 menteri Transmigrasi dan Koperasi bersama dengan Ka Kwarnas mengeluarkan instruksi bersama tentang partisipasi gerakan pramuka di dalam penyelenggaraan transmigrasi dan koperasi. Kemudian perkembangan gerakan pramuka dilanjutkan dengan berbagai kerjasama untuk peningkatan kegiatan dan pembangunan bangsa dengan berbagai Instansi terkait.
2. PERINTIS KEPANDUAN DUNIA
Pendiri Gerakan Kepanduan dunia yaitu Lord Baden Powell, beliau dilahirkan di London Inggris pada tanggal 22 Pebruari 1857, nama lengkapnya adalah Robert Stephenson Smyth Baden-Powell. Ayah dari Baden powell adalah prof Domine Baden Powell seorang guru besar geometri di Universitas Oxford Inggirs. Sedangkan Ibunya bernama Henrietta Grace Smyth, seorang puteri dari Admiral Kerajaan Inggris yang terkenal yaitu William T. Smyth. 
Dimasa mudanya ia adalah anak yang cerdas, kreatif, berbudi luhur. Pada usia 3 tahun Baden powell telah menjadi anak yatim. Saat sekolah karena kecerdasannya ia mendapat beasiswa dari sekolah.Ia juga aktif mengikuti kegiatan teater, melukis, menembak, marching band, serta olahraga.
Baden Powell akhirnya bergabung dengan dinas kemeliteran, kemudian setelah lulus dari akademi meliter Baden Powell ditempatkan di India dengan pangkat pembantu letnan. Pengalaman inilah yang nantinya  akan banyak mempengaruhi perkembangan berdirinya Gerakan Kepanduan di Inggris. Akhirnya Baden Powell bertugas di Mafeking sebuah kota di perdalaman Afrika Selatan. Kota inilah yang membuat nama Baden Powell terkenal dan dianggap pahlawan bagi bangsanya karena jasa-jasanya memimpin pertahanan di kota Mafeking terhadap pengepungan bangsa Boer selama 217 hari (dari tanggal 13 Oktober 1899 s.d 18 Mei 1900), karena jasanya ia diangkat menjadi Mayor Jendral.  Di kota ini Baden Powell sempat dijuluki oleh suku-suku primitif seperti suku zulu, Ashanti atau Metabele sebagai IMPEESA yang artinya srigala yang tidak pernah tidur, hal ini disebabkan karena kewaspadan, kecekatan, dan kebaranian Baden Powell.
Pada tahun 1908 Baden Powell menulis buku Scouting for boys, sebuah karya yang spektakuler. Buku inilah  yang mengakibatkan perkembangan Pramuka menjadi besar. Buku ini menyebar ke seluruh dataran Eropa. Setelah berkeliling dunia termasuk Jakarta  pada tanggal 3 Desember 1934, sepulangnya meninjau Jambore di Australia Baden Powell beserta istrinya Lady Baden Powell menghabiskan masa-masa akhirnya tinggal di Inggris dan akhirnya beliau meninggal dunia pada tanggal 8 Januari 1941 di Nyeri Kenya Afrika.
Mengenang Kelahiran Lord Baden Powell lewat Kepanduan Satukan Remaja Antar bangsa di Dunia. Lord Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, tokoh Kepanduan dunia kelahiran London, Inggris, tahun 1857 silam menjadi kesohor berawal dari tulisan buku panduan bagi para prajurit agar bisa bertahan di alam bebas. Ia dikenal sebagai perintis berdirinya Kepanduan dunia. Lewat Gerakan Kepanduan Baden-Powell menyatukan generasi muda antar benua.
Pertama kali bergabung dengan British Army (Angkatan Perang Inggris) tahun 1876, Lord Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, demikian nama tokoh Kepanduan dunia, kelahiran London, Inggris, tahun 1857 silam ini, menulis buku yang diperuntukkan untuk membantu tentara mengatasi kesulitannya bertahan hidup di alam bebas. Tak disangka, lambat laun buku hasil karyanya beredar di kalangan umum dan banyak diminati anak-anak.
Pada 29 Juli sampai 9 Agustus 1907, Baden-Powell bersama 21 orang anak melakukan kemah Kepanduan yang pertama di sebuah kepulauan Brownsea, Inggris. Beberapa hari melakukan kegiatan, anak-anak tersebut semakin menyukai bertualang di alam bebas. Didirikanlah Gerakan Kepanduan. Berangkat dari sinilah bersama istri tercintanya, Lady Olive Baden-Powell mendirikan Gerakan Kepanduan. Gerakan Kepanduan tersebut sekarang disebut Boy Scouts dan Girls Scout. Sejak didirikan Gerakan Kepanduan tersebut pada tahun 1907, hingga saat ini tak kurang dari 28 juta anggota Kepanduan dari 216 negara menjadi anggota World Organization Scout Movement (WOSM) yang bermarkas di Geneva, Switzerland dan World Association of Girl Guides and Girl Scouts (WAGGGS).
Dan Indonesia sebagai salah satu anggota WOSM Gerakan Pramuka (Praja Muda Karana) berarti Rakyat Muda Yang Berkarya demikian nama organisasi Kepanduan di Indonesia. Gerakan Pramuka didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan dan ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 Tahun 1961 tanggal 20 Mei 1961, sebagai kelanjutan dan pembaharuan Gerakan Kepanduan nasional Indonesia. Kemudian ditetapkan setiap 14 Agustus sebagai Hari Pramuka.
Keanggotaan Gerakan Kepanduan ini bersifat sukarela, tidak membedakan suku, ras, golongan, dan agama. Semuanya bisa bergaul dan berbaur menjadi satu kesatuan. Kegiatan Kepanduan selalu mengikuti kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, demikian pula dengan Pramuka.  Ketika WOSM mencanangkan program Pramuka Net bagi negara-negara anggota di seluruh dunia untuk memiliki situs organisasi, Gerakan Pramuka Indonesia pun ikut serta dengan meluncurkan situs www.Pramuka.co.id. Tujuannya, agar mempermudah jalur komunikasi dan koordinasi, serta memantau perkembangan Kepanduan di setiap negara anggota WOSM.
Sebagai bukti, setiap tahunnya WOSM mengadakan Jambore On The Internet (JOTI) dan Jamboree on the Air (JOTA). Artinya, Jambore tak hanya menjadi pesta yang mempertemukan pesertanya langsung, tapi juga bisa sesama netter (pengguna internet) untuk bisa melakukan sebuah kegiatan bersama. Kegiatan ini melibatkan anggota Kepanduan seluruh dunia.
Dari sinilah nampak jelas buah dari gagasan brilian seorang Baden-Powell, selain berbagai kegiatan Kepanduannyya selain gaul, tapi juga mampu menyatukan generasi muda antara bangsa, antar benua.Ia pun mewariskan banyak manfaat dari kegiatan Kepanduan, yang sebagian tidak didapat dalam materi di kelas. Karena kegiatan Kepanduan merupakan kegiatan pendidikan luar sekolah dan luar keluarga, siswa berlatih membagi waktu antara kegiatan sekolah, acara keluarga.  Berlatih Kepanduan memberi poin penting, seperti belajar mengelola kelompoknya ataun organisasi dengan membentuk pimpinan regu, petugas piket (korve), dan anggotanya. Komunikasi, interaksi, serta kerja sama internal dan eksternal kelompok akan melahirkan kebersamaan dan motivasi untuk menyelesaikan tugas secara bersama. Dengan pembagian tugas ini akan melatih bakat kepemimpinan, kearifan, dan toleransi siswa.
Dari berbagai ujian kecakapan, tantangan, dan tugas yang diberikan, akan mengembangkan kematangan emosi siswa tersebut dalam mengambil setiap keputusan dengan penuh pertimbangan dan pengkajian. Kegiatan Kepanduan bersifat universal. Wawasan dan pergaulan anggotanya sangatlah luas. Keanggotaannya diikuti semua lapisan masyarakat tanpa membedakan golongan, ras, suku, atau agama.
Banyak materi yang dipelajari baik materi umum maupun spesifik ekstrakurikuler lain, seperti baris berbaris, hiking, navigasi, mountaineering, P3K, kesakaan, sejarah perjuangan bangsa, dan sebagainya. Tak pelak pula membuat anggota Kepanduan memiliki keistimewaan, berkaitan dengan penguasaan kemampuan dan kemahiran lapangan dalam bidang P3K, evakuasi, PBB, organisasi, kesakaan, survival-navigasi darat, mountaineering, tali-temali, juga pengabdian masyarakat berupa penyuluhan, bakti sosial, atau penanggulangan korban bencana alam. Sehingga, di mana pun berada, anggota Kepanduan selalu periang. Keceriaan ini merepresentasikan sebuah semangat yang kuat dan motivasi dari anak-anak berbagai bangsa.
3. Gagasan Pendidikan Kepramukaan
Pada tahun 1907 BP yang berusia 49 tahun dinaikkan pangkatnya menjadi mayor jenderal  termuda dalam angkatan bersenjata kerajaan Inggris. Ia kembali ditugaskan ke Afrika Selatan untuk membentuk Pasukan Kaepolisian Afrika Selatan. Tiga tahun setelahnya,ia pulang ke Inggris untuk menempati jabatannya sebagai inspektur jenderal kalaveri.
Puncak kemakmuran Inggris ternyta membawa banyak perubahan terhadap pola kehidupan penduduknya. Terutama bagi generasi muda,banyak yang menggangur,minum-minuman keras,berjudi,bahkan tindak kejahatan dan kekerasan. Selama lebih dari dua tahun, BP menaruh perhatian besar terhadap beragam masalah di kalangan remaja. Ia membaca setiap buku yang di temukannya dalam berbagai organisasi kepemudaan sebagai langkah mempersiapkan rencana pelatihan.
Untuk mendukung rencanannya, BP kemudian menemui  Ernest Thompson Seton,seorang naturalis,pelukis,dan ahli  mengenai adat dan tradisi bangsa Indian. Ia menuliskan pengajaran tentang kerajinan kayu dan permainan mencari jejak sebagai kegiatan pengisi waktu luang. Keinginannya untuk mendorong remaja mengembangkan kemampuan diri, telah membawahnya pada gagasan yang lebih terarah pada pembentukan sebuah organisasi  khusus remaja.
Pada tahun 1907, BP mengakhiri tugasnya sebagai Inspektur Jenderal di kaveleri dan pangkatnya menjadi Letnan Jenderal yang ditugaskan di satuan cadangan angkatan bersenjata. Mulai saat itu, BP berkonsentrasi untuk mewujudkan gagasan barunya. Pada akhir Juli 1907, BP mengadakan perkemahan untuk pertama kalinya di pulau kecil Brown Sea, Selatan Inggris Raya.Kegiatan ini diikuti oleh 22 orang remaja putra dengan latar belakangnya yang berbeda. Di sana BP melakukan banyak kegiatan seperti bongkar pasang tenda, observasi, P3K, tugas jaga malam dan membuat api unggun. Para peserta dibagi ke beberapa regu (serigala,banteng,curlew,burung rawa,dan gagak). Setiap peserta dibagikan pita  berwarna sesuai dengan regu masing-masing. Peserta yang berhasil menyelesaikan serangkaian ujian akan mendapat penghargaan sebuah lencana berbentuk bulat (Fleur de-lys), lencan yang digunakan BP untuk pasukan pengintai angkatan darat. Tanggal 9 Agustus ,kegiatan perkemahan itu berakhir dan para remaja dengan berat hati harus pulang ke rumah masing-masing.
Uji coba BP memperoleh keberhasilan pesat. BP kemudian memperkenalkan gagasannya kepada 25.000 orang dari tiga puluh kota. Ia memberikan ceramah keliling selama hampir dua bulan. Di sela kesibukannya memberikan ceramah, ia berhasil meyelesaikan bagian pertama dari bukunya Scouting for Boy yang di terbitkan pada 15 Januari 1908. Mulai dari sinilah pramuka mulai dikenal oleh banyak orang,berawal dari desa,kemudian ke kota,sampai akhirnya menyebar ke seluruh dunia,termasuk salah satunya Indonesia.


tugas kuliah_KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN



BAB II
KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN

2.1 Pengertian Karakteristik Inovasi
Secara etimologis, istilah karakteristik merupakan susunan dua kata yang terdiri dari kata karakteristik dan tafsir. Istilah karakteristik diambil dari Bahasa Inggris yakni characteristic, artinya mengandung sifat khas. Yang mengungkapkan sifat-sifat  khas dari sesuatu. Secara garis besar karakteristik adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.
Secara umum, karakteristik inovasi pendidikan dapat diartikan berdasarkan dua kata yakni, Karakteristik dan Inovasi Pendidikan. Karakteristik adalah ciri khas atau bentuk-bentuk watak yang dimiliki oleh setiap individu, corak tingkah laku, ataupun tanda khusus. Inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas, karakteristik inovasi pendidikan dapat diartikan sebagai ciri-ciri atau karakter dari suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan.

2.2 Karakteristik Inovasi Pendidikan
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Misalnya penyebarluasan penggunaan kalkulator dan “blue jean” , dalam waktu kurang dari 1 sampai 5 tahun sudah merata keseluruh Amerika Serikat, sedangkan penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil baru tersebar merata setelah memakan waktu beberapa puluh tahun. Everest M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakterisstik inovasi yang dappat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut:
1.   Keuntungan Relatif
Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan, dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Sebagai contoh para  adopter akan menilai apakah suatu  Inovasi  itu relatif menguntungkan atau lebih unggul dibanding yang  lainnya atau tidak. Untuk  adopter  yang menerima secara cepat  suatu inovasi, akan melihat inovasi itu  sebagai sebuah keunggulan.

2.   Kompatibel (Compatibility)
Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada.
Misalnya, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible). Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman  dan kebutuhannya. Contohnya, penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar inovasi akan terhambat.



3.   Kompleksitas (Complexity)
Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Adopter atau pengguna inovasi juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan inovasi. Artinya bagi individu  yang lambat  mamahami dan menguasainya  tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding individu yang cepat memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan  pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.
Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air yang tidak masak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.

4.   Trialabilitas (Trialability)
Trialabilitas (trialability) atau kemampuan uji coba ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Suatu inovasi yang dapat diuji cobakan dalam pengaturan (setting) sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukkan (mendemostrasikan) keunggulannya.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.




5.   Dapat Diamati (Observability)
Dapat diamati (observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi, karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca dan menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk melihat hasil yang nyta menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi.

Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu inovasi dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam atribut (Zaltman: 32-50). Untuk memperjelas kaitan anatara inovasi dengan cepat lambatnya proses penerimaan (adopsi), maka kita lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan Zaltman, sebagai berikut.
1.   Pembiayaan (cost), cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh pembiayaan, baik pembiayaan pada awal (penggunaan) maupun pembiayaan untuk pembinaan selanjutnya. Walaupun diketahui pula bahwa biasanya tingginya pembiayaan ada kaitannya dengan kualitas inovasi   itu sendiri. Misalnya penggunaan modul di sekolah dasar. Ditinjau dari pengembangan pribadi anak, kemandirian dalam usaha (belajar) mempunyai nilai positif, tetapi karena pembiayaan mahal maka akhirnya tidak dapat disebar luaskan.
2.   Balik modal (returns to investment), atribut ini hanya ada dalam inovasi di bidang perusahaan atau industri. Artinya suatu inovasi akan dapat dilaksanakan kalau hasilnya dapat dilihat sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan (perusahaan tidak merugi). Untuk bidang pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan karena hasil pendidikan tidak dapat diketahui dengan nyata dalam waktu relatif singkat.
3.   Efisiensi, inovasi akan cepat diterima jika ternyata pelaksanaan dapat menghemat waktu dan juga terhindar dari berbagai masalah/hambatan.
4.   Resiko dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima jika mengandung resiko yang sekecil-kecilnya bagi penerima inovasi.
5.   Mudah dikomunikasikan, inovasi akan cepat diterima bila isinya mudah dikomunikasikan dan mudah diterima klien.
6.   Kompatibilitas, cepat lambatnya penerimaan inovasi tergantung dari kesesuaiannya dengan nilai-nilai (value) warga masyarakat.
7.   Kompleksitas, inovasi yang dapat mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar.
8.   Status ilmiah, suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar. Sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya.
9.   Kadar keaslian, warga masyarakat dapat cepat menerima inovasi apabila dirasakan itu hal yang baru bagi mereka.
10.  Dapat dilihat kemanfaatannya, suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
11.  Dapat dilihat batas sebelumnya, suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat apabila dapat dilihat batas sebelumnya.
12.  Keterlibatan sasaran perubahan, inovasi dapat mudah diterima apabila warga masyarakat diikutsertakan dalam setiap proses yang dijalani.
13.  Hubungan interpersonal. Maka jika hubungan interpersonal baik, dapat mempengaruhi temannya untuk menerima inovasi. Dengan hubungan yang baik maka orang yang menentang akan menjadi bersikap baik, orang simpati akan menjadi tertarik dan orang yang tertarik akan menerima inovasi.
14.  Kepentingan umun atau pribadi (publicness versus privateness). Inovasi yang bermanfaat untuk kepentingan umum akan lebih cepat diterima daripada inovasi yang ditujukan pada kepentingan sekelompok orang sajaa.
15.  Penyuluh inovasi (gatekeepers). Untuk melancarkan hubungan dalam usaha mengenalkan suatu inovasi kepada organisasi sampai organisasi mau menerima inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat menjadi penyuluh inovasi. Misalnya untuk pelaksanaan program KB, maka diperlukan orang-orang yang bertugas mendatangi warga masyarakat untuk menjelaskan perlunya melaksanakan program KB. Tersedianya penyuluh inovasu akan memppengaruhi kecepatan penerimaan inovasi.

Demikian berbagai macam atribut inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami atribut tersebut para pendidik dapat menganalisis inovasi pendidikan yang sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu mempercepat penerimaan proses inovasi.

























DAFTAR RUJUKAN

Sa’ud, Udin S. 2012. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabet
Purnama, Puput. 2015. Karakteristik Inovasi. (online), http://puputpurnama11.blogspot.co.id/2015/01/karakteristik-inovasi.html. Diakses pada 30 Januari 2018 pukul 13.00


BAB II
KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN

2.1 Pengertian Karakteristik Inovasi
Secara etimologis, istilah karakteristik merupakan susunan dua kata yang terdiri dari kata karakteristik dan tafsir. Istilah karakteristik diambil dari Bahasa Inggris yakni characteristic, artinya mengandung sifat khas. Yang mengungkapkan sifat-sifat  khas dari sesuatu. Secara garis besar karakteristik adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.
Secara umum, karakteristik inovasi pendidikan dapat diartikan berdasarkan dua kata yakni, Karakteristik dan Inovasi Pendidikan. Karakteristik adalah ciri khas atau bentuk-bentuk watak yang dimiliki oleh setiap individu, corak tingkah laku, ataupun tanda khusus. Inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas, karakteristik inovasi pendidikan dapat diartikan sebagai ciri-ciri atau karakter dari suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan.

2.2 Karakteristik Inovasi Pendidikan
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Misalnya penyebarluasan penggunaan kalkulator dan “blue jean” , dalam waktu kurang dari 1 sampai 5 tahun sudah merata keseluruh Amerika Serikat, sedangkan penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil baru tersebar merata setelah memakan waktu beberapa puluh tahun. Everest M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakterisstik inovasi yang dappat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut:
1.   Keuntungan Relatif
Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan, dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Sebagai contoh para  adopter akan menilai apakah suatu  Inovasi  itu relatif menguntungkan atau lebih unggul dibanding yang  lainnya atau tidak. Untuk  adopter  yang menerima secara cepat  suatu inovasi, akan melihat inovasi itu  sebagai sebuah keunggulan.

2.   Kompatibel (Compatibility)
Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada.
Misalnya, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible). Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman  dan kebutuhannya. Contohnya, penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar inovasi akan terhambat.



3.   Kompleksitas (Complexity)
Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Adopter atau pengguna inovasi juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan inovasi. Artinya bagi individu  yang lambat  mamahami dan menguasainya  tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding individu yang cepat memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan  pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.
Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air yang tidak masak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.

4.   Trialabilitas (Trialability)
Trialabilitas (trialability) atau kemampuan uji coba ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Suatu inovasi yang dapat diuji cobakan dalam pengaturan (setting) sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukkan (mendemostrasikan) keunggulannya.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.




5.   Dapat Diamati (Observability)
Dapat diamati (observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi, karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca dan menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk melihat hasil yang nyta menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi.

Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu inovasi dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam atribut (Zaltman: 32-50). Untuk memperjelas kaitan anatara inovasi dengan cepat lambatnya proses penerimaan (adopsi), maka kita lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan Zaltman, sebagai berikut.
1.   Pembiayaan (cost), cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh pembiayaan, baik pembiayaan pada awal (penggunaan) maupun pembiayaan untuk pembinaan selanjutnya. Walaupun diketahui pula bahwa biasanya tingginya pembiayaan ada kaitannya dengan kualitas inovasi   itu sendiri. Misalnya penggunaan modul di sekolah dasar. Ditinjau dari pengembangan pribadi anak, kemandirian dalam usaha (belajar) mempunyai nilai positif, tetapi karena pembiayaan mahal maka akhirnya tidak dapat disebar luaskan.
2.   Balik modal (returns to investment), atribut ini hanya ada dalam inovasi di bidang perusahaan atau industri. Artinya suatu inovasi akan dapat dilaksanakan kalau hasilnya dapat dilihat sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan (perusahaan tidak merugi). Untuk bidang pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan karena hasil pendidikan tidak dapat diketahui dengan nyata dalam waktu relatif singkat.
3.   Efisiensi, inovasi akan cepat diterima jika ternyata pelaksanaan dapat menghemat waktu dan juga terhindar dari berbagai masalah/hambatan.
4.   Resiko dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima jika mengandung resiko yang sekecil-kecilnya bagi penerima inovasi.
5.   Mudah dikomunikasikan, inovasi akan cepat diterima bila isinya mudah dikomunikasikan dan mudah diterima klien.
6.   Kompatibilitas, cepat lambatnya penerimaan inovasi tergantung dari kesesuaiannya dengan nilai-nilai (value) warga masyarakat.
7.   Kompleksitas, inovasi yang dapat mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar.
8.   Status ilmiah, suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar. Sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya.
9.   Kadar keaslian, warga masyarakat dapat cepat menerima inovasi apabila dirasakan itu hal yang baru bagi mereka.
10.  Dapat dilihat kemanfaatannya, suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
11.  Dapat dilihat batas sebelumnya, suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat apabila dapat dilihat batas sebelumnya.
12.  Keterlibatan sasaran perubahan, inovasi dapat mudah diterima apabila warga masyarakat diikutsertakan dalam setiap proses yang dijalani.
13.  Hubungan interpersonal. Maka jika hubungan interpersonal baik, dapat mempengaruhi temannya untuk menerima inovasi. Dengan hubungan yang baik maka orang yang menentang akan menjadi bersikap baik, orang simpati akan menjadi tertarik dan orang yang tertarik akan menerima inovasi.
14.  Kepentingan umun atau pribadi (publicness versus privateness). Inovasi yang bermanfaat untuk kepentingan umum akan lebih cepat diterima daripada inovasi yang ditujukan pada kepentingan sekelompok orang sajaa.
15.  Penyuluh inovasi (gatekeepers). Untuk melancarkan hubungan dalam usaha mengenalkan suatu inovasi kepada organisasi sampai organisasi mau menerima inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat menjadi penyuluh inovasi. Misalnya untuk pelaksanaan program KB, maka diperlukan orang-orang yang bertugas mendatangi warga masyarakat untuk menjelaskan perlunya melaksanakan program KB. Tersedianya penyuluh inovasu akan memppengaruhi kecepatan penerimaan inovasi.

Demikian berbagai macam atribut inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami atribut tersebut para pendidik dapat menganalisis inovasi pendidikan yang sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu mempercepat penerimaan proses inovasi.

























DAFTAR RUJUKAN

Sa’ud, Udin S. 2012. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabet
Purnama, Puput. 2015. Karakteristik Inovasi. (online), http://puputpurnama11.blogspot.co.id/2015/01/karakteristik-inovasi.html. Diakses pada 30 Januari 2018 pukul 13.00


BAB II
KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN

2.1 Pengertian Karakteristik Inovasi
Secara etimologis, istilah karakteristik merupakan susunan dua kata yang terdiri dari kata karakteristik dan tafsir. Istilah karakteristik diambil dari Bahasa Inggris yakni characteristic, artinya mengandung sifat khas. Yang mengungkapkan sifat-sifat  khas dari sesuatu. Secara garis besar karakteristik adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada seseorang atau suatu objek.
Secara umum, karakteristik inovasi pendidikan dapat diartikan berdasarkan dua kata yakni, Karakteristik dan Inovasi Pendidikan. Karakteristik adalah ciri khas atau bentuk-bentuk watak yang dimiliki oleh setiap individu, corak tingkah laku, ataupun tanda khusus. Inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas, karakteristik inovasi pendidikan dapat diartikan sebagai ciri-ciri atau karakter dari suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam dunia pendidikan.

2.2 Karakteristik Inovasi Pendidikan
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Misalnya penyebarluasan penggunaan kalkulator dan “blue jean” , dalam waktu kurang dari 1 sampai 5 tahun sudah merata keseluruh Amerika Serikat, sedangkan penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil baru tersebar merata setelah memakan waktu beberapa puluh tahun. Everest M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakterisstik inovasi yang dappat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut:
1.   Keuntungan Relatif
Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi ekonomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan, dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Sebagai contoh para  adopter akan menilai apakah suatu  Inovasi  itu relatif menguntungkan atau lebih unggul dibanding yang  lainnya atau tidak. Untuk  adopter  yang menerima secara cepat  suatu inovasi, akan melihat inovasi itu  sebagai sebuah keunggulan.

2.   Kompatibel (Compatibility)
Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan norma yang ada.
Misalnya, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible). Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman  dan kebutuhannya. Contohnya, penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar inovasi akan terhambat.



3.   Kompleksitas (Complexity)
Kompleksitas (complexity), ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Adopter atau pengguna inovasi juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan inovasi. Artinya bagi individu  yang lambat  mamahami dan menguasainya  tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi dibanding individu yang cepat memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut berhubungan dengan  pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.
Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air yang tidak masak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat.

4.   Trialabilitas (Trialability)
Trialabilitas (trialability) atau kemampuan uji coba ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Suatu inovasi yang dapat diuji cobakan dalam pengaturan (setting) sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukkan (mendemostrasikan) keunggulannya.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.




5.   Dapat Diamati (Observability)
Dapat diamati (observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi, karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca dan menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk melihat hasil yang nyta menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi.

Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu inovasi dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam atribut (Zaltman: 32-50). Untuk memperjelas kaitan anatara inovasi dengan cepat lambatnya proses penerimaan (adopsi), maka kita lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan Zaltman, sebagai berikut.
1.   Pembiayaan (cost), cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh pembiayaan, baik pembiayaan pada awal (penggunaan) maupun pembiayaan untuk pembinaan selanjutnya. Walaupun diketahui pula bahwa biasanya tingginya pembiayaan ada kaitannya dengan kualitas inovasi   itu sendiri. Misalnya penggunaan modul di sekolah dasar. Ditinjau dari pengembangan pribadi anak, kemandirian dalam usaha (belajar) mempunyai nilai positif, tetapi karena pembiayaan mahal maka akhirnya tidak dapat disebar luaskan.
2.   Balik modal (returns to investment), atribut ini hanya ada dalam inovasi di bidang perusahaan atau industri. Artinya suatu inovasi akan dapat dilaksanakan kalau hasilnya dapat dilihat sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan (perusahaan tidak merugi). Untuk bidang pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan karena hasil pendidikan tidak dapat diketahui dengan nyata dalam waktu relatif singkat.
3.   Efisiensi, inovasi akan cepat diterima jika ternyata pelaksanaan dapat menghemat waktu dan juga terhindar dari berbagai masalah/hambatan.
4.   Resiko dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima jika mengandung resiko yang sekecil-kecilnya bagi penerima inovasi.
5.   Mudah dikomunikasikan, inovasi akan cepat diterima bila isinya mudah dikomunikasikan dan mudah diterima klien.
6.   Kompatibilitas, cepat lambatnya penerimaan inovasi tergantung dari kesesuaiannya dengan nilai-nilai (value) warga masyarakat.
7.   Kompleksitas, inovasi yang dapat mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar.
8.   Status ilmiah, suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar. Sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya.
9.   Kadar keaslian, warga masyarakat dapat cepat menerima inovasi apabila dirasakan itu hal yang baru bagi mereka.
10.  Dapat dilihat kemanfaatannya, suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
11.  Dapat dilihat batas sebelumnya, suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh masyarakat apabila dapat dilihat batas sebelumnya.
12.  Keterlibatan sasaran perubahan, inovasi dapat mudah diterima apabila warga masyarakat diikutsertakan dalam setiap proses yang dijalani.
13.  Hubungan interpersonal. Maka jika hubungan interpersonal baik, dapat mempengaruhi temannya untuk menerima inovasi. Dengan hubungan yang baik maka orang yang menentang akan menjadi bersikap baik, orang simpati akan menjadi tertarik dan orang yang tertarik akan menerima inovasi.
14.  Kepentingan umun atau pribadi (publicness versus privateness). Inovasi yang bermanfaat untuk kepentingan umum akan lebih cepat diterima daripada inovasi yang ditujukan pada kepentingan sekelompok orang sajaa.
15.  Penyuluh inovasi (gatekeepers). Untuk melancarkan hubungan dalam usaha mengenalkan suatu inovasi kepada organisasi sampai organisasi mau menerima inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat menjadi penyuluh inovasi. Misalnya untuk pelaksanaan program KB, maka diperlukan orang-orang yang bertugas mendatangi warga masyarakat untuk menjelaskan perlunya melaksanakan program KB. Tersedianya penyuluh inovasu akan memppengaruhi kecepatan penerimaan inovasi.

Demikian berbagai macam atribut inovasi yang dapat mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami atribut tersebut para pendidik dapat menganalisis inovasi pendidikan yang sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk membantu mempercepat penerimaan proses inovasi.

























DAFTAR RUJUKAN

Sa’ud, Udin S. 2012. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabet
Purnama, Puput. 2015. Karakteristik Inovasi. (online), http://puputpurnama11.blogspot.co.id/2015/01/karakteristik-inovasi.html. Diakses pada 30 Januari 2018 pukul 13.00

Tugas Kuliah. Ice Breaking

ICE BREAKING untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran IPA di SD yang dibina oleh Dra. Sri Estu Winahyu, M. Pd. Disusun Oleh Ke...