contoh mading 3D tugu kota Malang. di buat oleh penggalang SDN Asrikaton 1 Kabupaten Malang.
Minggu, 04 Februari 2018
Kamis, 01 Februari 2018
catatan kuliah_SEJARAH KEPRAMUKAAN
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Sejarah
Kepanduan
Gerakan
pramuka dikenal juga dengan istilah
gerakan kepanduan. Gerakan kepanduan adalah gerakan pembinaan yang
memiliki pengaruh mendunia. Gerakan kepanduan terdiri atas berbagai organisasi
kepemudaan yang bertujuan untuk melatih fisik, mental, dan spiritual para
pesertanya dengan mendorong mereka untuk melakukan kegiatan positif di dalam
masyarakat. Tujuan ini dicapai melalui program latihan dan pendidikan
kepramukaan yang mengutamakan aktivitas praktis di lapangan.
Gerakan
ini pertama kali dilakukan pada tahun
1907 oleh Robert Baden Powell, seorang letnan Jendral angkatan bersenjata
Inggris Raya dan Wiliam Alexander Smith, Pendiri Boys Brigade, menyelenggarakan
perkemahan kepanduan pertama ( Jambore) di Kepulauan Brownsea, Inggris. Ide
untuk menyelenggarakan gerakan tersebut muncul ketika Baden Powell dan
pasukannya berjuang mempertahankan kota Mafeking di Afrika Selatan dari semngan
tentara Boer. Ketika itu pasukanya kalah banyak dibanding Tentara Boer. Untuk
mengakalinya, sekelompok pemuda dikumpulkan dan dilatih untuk menjadi tentara sukarela.
Tugas
utama mereka adalah membantu militer mempertahankan kota. Mereka mendapatkan
tugas-tugas ringan tapi penting, seperti mengantarkan pesan yang diberikan
Baden Powell keseluruh anggota militer di kota tersebut. Pekerjaan itu dapat
diselesaikan dengan baik sehingga
pasukan-pasukan Baden Powell dapat mempertahankan kota Mafeking selama beberapa
bulan. Sebagai penghargaan atas keberhasilan yang mereka dapatkan, setiap
anggota tentara sukarela di beri sebuah lencana. Gambar dari lencana tersebut
kemudian digunakan sebagai Logo dari Kepanduan Dunia. Keberhasilan Baden-Powell
mempertahankan kota Mafeking membuatnya dianggap sebagai pahlawan. lapun
kemudian menulis sebuah buku yang berjudul Aids
to Scouting (1899) dan menjadi buku terlaris pada saat itu.
Pada
tahun 1906, Emest Thompson Seton, seorang pria keturunan Inggris — Kanada yang
tinggal di Amerika, mengirim bukunya berjudul The Birehbark Roll of the Woodcraft Indians kepada Baden Powell. Seton
sering mengadakan pertemuan dengan Baden Powell dan menyusun rencana untuk
Gerakan Pemuda kepramukaan yang dirintisnya.
Pertemuannya
dengan Seton mendorongnya untuk menulis ulang bukunya yang kemudian di beri
judul Boys Patrol. Saat itu, buku ini
hanya ditujukan sebagai buku petunjuk kepanduan bagi pria. Kemudian, untuk
menguji ide-idenya, ia mengadakan sebuah perkemahan untuk 21 pemuda dari
berbagai lapisan masyarakat selama seminggu penuh di kepulauan Brownsea,
Inggris. Metode organisasinya yang dikenal dengan sistem patroli menjadi kunci
dari pelatihan kepaduan yang dilakukannya. Sistem ini mengharuskan para pemuda
untuk membentuk beberapa kelompok kecil, kemudian menunjuk salah satu dari
mereka untuk menjadi ketua dari kelompok tersebut.
Setelah
bukunya diterbitkan dan perkemahan yang dilakukan nya sukses, Baden Powell
kemudian melakukan tur yang direncanakan oleh Arthur Pearson untuk
mempromosikan pemikirannya ke seluruh Inggris. Setelah menyelesaikan tur
tersehut Baden Powell pun menulis sebuah buku berjudul Scouting for Boys, yang dikenal sebagai buku Kepanduan edisi
pertama Saat itu Baden Powell berharap bukunya dapat membeerikan ide baru untuk
beberapa organisasi pemuda yang sudah ada. Namun, beberapa pemuda malah membentuk
satu organisasi ham yang disebut Boy
Scout dan meminta Baden Powell menjadi pembimbing mereka. Ia pun setuju dan
mulai mendorong mereka untuk belajar, berlatih serta mengembangkan organisasi
tersebut.
Setelah
anggota lari organisasi tcrsebut semakin banyak, Baden-Powell pun membentuk
sebuah Pusat Pelatihan Kepemimpinan untuk orang dewasa (Adult Leadership Training Center) di sebuah taman dekat kota
London. Setelah buku Scouting for Boys
diterbitkan, Pramuka pun mulai dikenal diseluruh wilayah Inggris dan Irlandia.
Gerakan Kepanduan sendiri perlahan lahan diterapkan di seluruh wilayah kerajaan
Inggris dan Koloninya.
1.1 Sejarah Gerakan Pramuka
Gagasan
Baden Powell yang cemerlang dan menarik itu akhirnya menyebar ke berbagai
negara termasuk Netherland atau Belanda
dengan nama Padvinder. Oleh orang
Belanda gagasan itu dibawa ke Indonesia dan didirikan organisasi oleh orang Belanda
di Indonesia dengan nama NIPV (Nederland Indisehe Padvinders Vereeniging =
Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda). Oleh pemimpin-pemimpin gerakan nasional
dibentuk organisasi kepanduan yang bertujuan membentuk manusia Indonesia yang baik
dan menjadi kader pergerakan nasional. Sehingga muncul bennacam-macam
organisasi kcpanduan antara lain JP0 (Javaanse Padvinders Organintle) JJP (Jong
Java Padvindery), NATIPIJ (National Islamitsche Padvindery), SIAP (Sarekat
Islam Afdcling Padvindery), HW (Hisbul Wathon).
Dengan
adanya larangan pemerintah Hindia Belanda menggunttkan istilah Padvindcry maka K.H. Agus Salim
menggunakan nama Pandu atau Kepanduan. Dengan meningkatnya kesadaran nasional
setelah Sumpah Pemuda, maka pada tahun 1930 organisasi kepanduan seperti IPO,
PK (Pandu Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatra) bergabung menjadi KBI
(Kepanduan Bangsa Indonesia). Kemudian tahun 1931, terbentuklah PAPI (Persatuan
Antar Pandu Indonesia) yang berubah menjadi BPPKI (Badan Pusat Persaudaraan
Kepanduan Indonesia) pada tahun 1938.
Pada
waktu pendudukan Jepang, Kepanduan di Indonesia dilarang sehingga tokoh Pandu
banyak yang masuk Keibondan, Seinendan, dan PETA. Setelah tokoh proklamasi
kemerdekaan dibentuklah Pandu Rakyat Indonesia pada tanggal 28 Desember 1945 di
Surakarta sebagai satu-satunya organisasi kepanduan. Sekitar tahun 1961
kepanduan Indonesia terpecah menjadi 100 organisasi kepanduan yang terhimpun
dalam 3 federasi organisasi yaitu WINDO (lkatan Pandu Indonesia) berdiri 13
September 1951, POPPINDO (Persatuan Pandu Puteri Indonesia) tahun 1954 dan PKPI
(Peraatuan Kepanduan Puteri Indonesia) Menyadari kelemahan yang ada maka ketiga
federasi melebur menjadi satu dengan nama PERKINDO (Persatuan Kepanduan
Indonesia).
Karena
masih adanya rasa golongan yang tinggi membuat Perkindo masih lemah. Kelemahan
gerakan kepanduan Indonesia akan dipergunakan oleh pihak komunis agar menjadi
gerakan Pioner Muda seperti yang terdapat di negara komunis. Akan tetapi
kekuatan Pancasila dalam Perkindo menentangnya dan dengan bantuan perdana
Menteri Ir. Juanda maka perjuangan menghasilkan Keppres No. 238 tahun 1961
tentang Gerakan Pramuka yang pada tanggal 20 Mei 1961 ditandatangani oleh Pjs
Presiden RI Ir Juanda karena Presiden Soekarno sedang herkunjung ke Jepang.
Di
dalam Keppoes ini gerakan pramuka oleh pemerintah ditetapkan sehagai
satu-satunya badan di wilayah Indonesia yang diperkenankan menyelenggarakan
pendidikan kepramukaan. sehingga organisasi lain yang menyerupai dan sama
sifatnya dengan gcrakan pramuka dilarang keberadaannya.
1.2 Perkembangan Gerakan Pramuka
Ketentuan
dalam Anggaran Dasar gerakan pramuka tentang prinsip-prinsip dasar metodik
pendidikan kepramukaan yang pelaksanaannya seperti tersebut di atas ternyata
banyak membawa perubahan sehingga pramuka mampu mengembangkan kegiatannya.
Gerakan pramuka ternyata lebih kuat organisasinya dan tepat berkembang dari
kota ke desa. Kemajuan Gerakan Pramuka akibat dari sistem Majelis Pembimbing
yang dijalankan di tiap tingkat, dari tingkat Nasional sampai tingkat Gugus
Depan. Mengingat kira-kira 80 % penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dan 75 %
adalah petani maka tahun 1961 Kwarnas Gerakan Pramuka menganjurkan supaya para
pramuka mengadakan kegiatan di hidang pembangunan desa.
Pelaksanaan
anjuran ini terutama di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat
menarik perhatian Pimpinan Masyarakat. Maka, tahun 1966 Menteri Pertanian dan
Ketua Kwartir Nasional mengeluarkan instruksi bersama pembentukan Satuan Karya
Taruna Bumi. Kemudian diikuti munculnya saka Bhayangkara, Dirgantara dan
Bahari. Untuk menghadapi problema sosial yang muncul maka pada tahun 1970 menteri
Transmigrasi dan Koperasi bersama dengan Ka Kwarnas mengeluarkan instruksi
bersama tentang partisipasi gerakan pramuka di dalam penyelenggaraan
transmigrasi dan koperasi. Kemudian perkembangan gerakan pramuka dilanjutkan
dengan berbagai kerjasama untuk peningkatan kegiatan dan pembangunan bangsa
dengan berbagai Instansi terkait.
2.
PERINTIS KEPANDUAN DUNIA
Pendiri
Gerakan Kepanduan dunia yaitu Lord Baden Powell, beliau dilahirkan di
London Inggris pada tanggal 22 Pebruari 1857, nama lengkapnya adalah Robert
Stephenson Smyth Baden-Powell. Ayah dari Baden powell adalah prof Domine
Baden Powell seorang guru besar geometri di Universitas Oxford Inggirs.
Sedangkan Ibunya bernama Henrietta Grace Smyth, seorang puteri
dari Admiral Kerajaan Inggris yang terkenal yaitu William T.
Smyth.
Dimasa
mudanya ia adalah anak yang cerdas, kreatif, berbudi luhur. Pada usia 3 tahun
Baden powell telah menjadi anak yatim. Saat sekolah karena kecerdasannya ia
mendapat beasiswa dari sekolah.Ia juga aktif mengikuti kegiatan teater,
melukis, menembak, marching band, serta olahraga.
Baden
Powell akhirnya bergabung dengan dinas kemeliteran, kemudian setelah lulus dari
akademi meliter Baden Powell ditempatkan di India dengan pangkat pembantu
letnan. Pengalaman inilah yang nantinya akan banyak mempengaruhi
perkembangan berdirinya Gerakan Kepanduan di Inggris. Akhirnya Baden Powell bertugas
di Mafeking sebuah kota di perdalaman Afrika Selatan. Kota inilah yang membuat
nama Baden Powell terkenal dan dianggap pahlawan bagi bangsanya karena
jasa-jasanya memimpin pertahanan di kota Mafeking terhadap pengepungan bangsa
Boer selama 217 hari (dari tanggal 13 Oktober 1899 s.d 18 Mei 1900), karena
jasanya ia diangkat menjadi Mayor Jendral. Di kota ini Baden Powell
sempat dijuluki oleh suku-suku primitif seperti suku zulu, Ashanti atau
Metabele sebagai IMPEESA yang artinya srigala yang tidak pernah tidur, hal ini
disebabkan karena kewaspadan, kecekatan, dan kebaranian Baden Powell.
Pada
tahun 1908 Baden Powell menulis buku Scouting for boys, sebuah karya yang
spektakuler. Buku inilah yang mengakibatkan perkembangan Pramuka menjadi
besar. Buku ini menyebar ke seluruh dataran Eropa. Setelah berkeliling
dunia termasuk Jakarta pada tanggal 3 Desember 1934, sepulangnya meninjau
Jambore di Australia Baden Powell beserta istrinya Lady Baden Powell
menghabiskan masa-masa akhirnya tinggal di Inggris dan akhirnya beliau
meninggal dunia pada tanggal 8 Januari 1941 di Nyeri Kenya Afrika.
Mengenang
Kelahiran Lord Baden Powell lewat Kepanduan Satukan Remaja
Antar bangsa di Dunia. Lord Robert Stephenson Smyth Baden-Powell,
tokoh Kepanduan dunia kelahiran London, Inggris, tahun 1857 silam menjadi
kesohor berawal dari tulisan buku panduan bagi para prajurit agar
bisa bertahan di alam bebas. Ia dikenal sebagai perintis berdirinya
Kepanduan dunia. Lewat Gerakan Kepanduan Baden-Powell menyatukan generasi muda antar
benua.
Pertama
kali bergabung dengan British Army (Angkatan Perang Inggris) tahun 1876, Lord
Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, demikian nama tokoh Kepanduan dunia,
kelahiran London, Inggris, tahun 1857 silam ini, menulis buku yang
diperuntukkan untuk membantu tentara mengatasi kesulitannya bertahan hidup
di alam bebas. Tak disangka, lambat laun buku hasil karyanya beredar di
kalangan umum dan banyak diminati anak-anak.
Pada
29 Juli sampai 9 Agustus 1907, Baden-Powell bersama 21 orang anak melakukan
kemah Kepanduan yang pertama di sebuah kepulauan Brownsea, Inggris. Beberapa
hari melakukan kegiatan, anak-anak tersebut semakin menyukai bertualang di
alam bebas. Didirikanlah Gerakan Kepanduan. Berangkat dari sinilah bersama
istri tercintanya, Lady Olive Baden-Powell mendirikan Gerakan Kepanduan.
Gerakan Kepanduan tersebut sekarang disebut Boy Scouts dan Girls
Scout. Sejak didirikan Gerakan Kepanduan tersebut pada tahun 1907,
hingga saat ini tak kurang dari 28 juta anggota Kepanduan dari 216 negara
menjadi anggota World Organization Scout Movement (WOSM) yang bermarkas di
Geneva, Switzerland dan World Association of Girl Guides and Girl Scouts
(WAGGGS).
Dan
Indonesia sebagai salah satu anggota WOSM Gerakan Pramuka (Praja Muda Karana)
berarti Rakyat Muda Yang Berkarya demikian nama organisasi Kepanduan di
Indonesia. Gerakan Pramuka didirikan untuk waktu yang tidak ditentukan dan
ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 238 Tahun 1961
tanggal 20 Mei 1961, sebagai kelanjutan dan pembaharuan Gerakan Kepanduan
nasional Indonesia. Kemudian ditetapkan setiap 14 Agustus sebagai Hari Pramuka.
Keanggotaan
Gerakan Kepanduan ini bersifat sukarela, tidak membedakan suku, ras, golongan,
dan agama. Semuanya bisa bergaul dan berbaur menjadi satu kesatuan. Kegiatan
Kepanduan selalu mengikuti kemajuan teknologi dan perkembangan zaman, demikian
pula dengan Pramuka. Ketika WOSM mencanangkan program Pramuka Net
bagi negara-negara anggota di seluruh dunia untuk memiliki situs organisasi,
Gerakan Pramuka Indonesia pun ikut serta dengan meluncurkan situs
www.Pramuka.co.id. Tujuannya, agar mempermudah jalur komunikasi dan koordinasi,
serta memantau perkembangan Kepanduan di setiap negara anggota WOSM.
Sebagai
bukti, setiap tahunnya WOSM mengadakan Jambore On The Internet (JOTI) dan
Jamboree on the Air (JOTA). Artinya, Jambore tak hanya menjadi pesta yang
mempertemukan pesertanya langsung, tapi juga bisa sesama netter (pengguna
internet) untuk bisa melakukan sebuah kegiatan bersama. Kegiatan ini melibatkan
anggota Kepanduan seluruh dunia.
Dari
sinilah nampak jelas buah dari gagasan brilian seorang Baden-Powell, selain
berbagai kegiatan Kepanduannyya selain gaul, tapi juga mampu menyatukan
generasi muda antara bangsa, antar benua.Ia pun mewariskan banyak manfaat dari
kegiatan Kepanduan, yang sebagian tidak didapat dalam materi di kelas. Karena
kegiatan Kepanduan merupakan kegiatan pendidikan luar sekolah dan luar
keluarga, siswa berlatih membagi waktu antara kegiatan sekolah, acara
keluarga. Berlatih Kepanduan memberi poin penting, seperti belajar
mengelola kelompoknya ataun organisasi dengan membentuk pimpinan regu, petugas
piket (korve), dan anggotanya. Komunikasi, interaksi, serta kerja sama internal
dan eksternal kelompok akan melahirkan kebersamaan dan motivasi untuk menyelesaikan
tugas secara bersama. Dengan pembagian tugas ini akan melatih bakat
kepemimpinan, kearifan, dan toleransi siswa.
Dari
berbagai ujian kecakapan, tantangan, dan tugas yang diberikan, akan
mengembangkan kematangan emosi siswa tersebut dalam mengambil setiap keputusan
dengan penuh pertimbangan dan pengkajian. Kegiatan Kepanduan bersifat
universal. Wawasan dan pergaulan anggotanya sangatlah luas. Keanggotaannya
diikuti semua lapisan masyarakat tanpa membedakan golongan, ras, suku, atau
agama.
Banyak
materi yang dipelajari baik materi umum maupun spesifik ekstrakurikuler lain,
seperti baris berbaris, hiking, navigasi, mountaineering, P3K, kesakaan,
sejarah perjuangan bangsa, dan sebagainya. Tak pelak pula membuat anggota
Kepanduan memiliki keistimewaan, berkaitan dengan penguasaan kemampuan dan
kemahiran lapangan dalam bidang P3K, evakuasi, PBB, organisasi, kesakaan,
survival-navigasi darat, mountaineering, tali-temali, juga pengabdian
masyarakat berupa penyuluhan, bakti sosial, atau penanggulangan korban bencana
alam. Sehingga, di mana pun berada, anggota Kepanduan selalu periang.
Keceriaan ini merepresentasikan sebuah semangat yang kuat dan motivasi dari
anak-anak berbagai bangsa.
3.
Gagasan Pendidikan Kepramukaan
Pada
tahun 1907 BP yang berusia 49 tahun dinaikkan pangkatnya menjadi mayor
jenderal termuda dalam angkatan
bersenjata kerajaan Inggris. Ia kembali ditugaskan ke Afrika Selatan untuk
membentuk Pasukan Kaepolisian Afrika Selatan. Tiga tahun setelahnya,ia pulang
ke Inggris untuk menempati jabatannya sebagai inspektur jenderal kalaveri.
Puncak
kemakmuran Inggris ternyta membawa banyak perubahan terhadap pola kehidupan
penduduknya. Terutama bagi generasi muda,banyak yang menggangur,minum-minuman
keras,berjudi,bahkan tindak kejahatan dan kekerasan. Selama lebih dari dua
tahun, BP menaruh perhatian besar terhadap beragam masalah di kalangan remaja.
Ia membaca setiap buku yang di temukannya dalam berbagai organisasi kepemudaan
sebagai langkah mempersiapkan rencana pelatihan.
Untuk
mendukung rencanannya, BP kemudian menemui
Ernest Thompson Seton,seorang naturalis,pelukis,dan ahli mengenai adat dan tradisi bangsa Indian. Ia
menuliskan pengajaran tentang kerajinan kayu dan permainan mencari jejak
sebagai kegiatan pengisi waktu luang. Keinginannya untuk mendorong remaja
mengembangkan kemampuan diri, telah membawahnya pada gagasan yang lebih terarah
pada pembentukan sebuah organisasi
khusus remaja.
Pada
tahun 1907, BP mengakhiri tugasnya sebagai Inspektur Jenderal di kaveleri dan
pangkatnya menjadi Letnan Jenderal yang ditugaskan di satuan cadangan angkatan
bersenjata. Mulai saat itu, BP berkonsentrasi untuk mewujudkan gagasan barunya.
Pada akhir Juli 1907, BP mengadakan perkemahan untuk pertama kalinya di pulau
kecil Brown Sea, Selatan Inggris Raya.Kegiatan ini diikuti oleh 22 orang remaja
putra dengan latar belakangnya yang berbeda. Di sana BP melakukan banyak
kegiatan seperti bongkar pasang tenda, observasi, P3K, tugas jaga malam dan
membuat api unggun. Para peserta dibagi ke beberapa regu
(serigala,banteng,curlew,burung rawa,dan gagak). Setiap peserta dibagikan
pita berwarna sesuai dengan regu
masing-masing. Peserta yang berhasil menyelesaikan serangkaian ujian akan
mendapat penghargaan sebuah lencana berbentuk bulat (Fleur de-lys), lencan yang
digunakan BP untuk pasukan pengintai angkatan darat. Tanggal 9 Agustus
,kegiatan perkemahan itu berakhir dan para remaja dengan berat hati harus
pulang ke rumah masing-masing.
Uji
coba BP memperoleh keberhasilan pesat. BP kemudian memperkenalkan gagasannya
kepada 25.000 orang dari tiga puluh kota. Ia memberikan ceramah keliling selama
hampir dua bulan. Di sela kesibukannya memberikan ceramah, ia berhasil
meyelesaikan bagian pertama dari bukunya Scouting
for Boy yang di terbitkan pada 15 Januari 1908. Mulai dari sinilah pramuka
mulai dikenal oleh banyak orang,berawal dari desa,kemudian ke kota,sampai
akhirnya menyebar ke seluruh dunia,termasuk salah satunya Indonesia.
tugas kuliah_KARAKTERISTIK INOVASI PENDIDIKAN
BAB
II
KARAKTERISTIK
INOVASI PENDIDIKAN
2.1 Pengertian
Karakteristik Inovasi
Secara etimologis, istilah
karakteristik merupakan susunan dua kata yang terdiri dari kata karakteristik
dan tafsir. Istilah karakteristik diambil dari Bahasa Inggris yakni characteristic,
artinya mengandung sifat khas. Yang mengungkapkan
sifat-sifat khas dari sesuatu. Secara
garis besar karakteristik adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada
seseorang atau suatu objek.
Secara umum, karakteristik inovasi pendidikan dapat diartikan berdasarkan dua kata yakni, Karakteristik dan Inovasi
Pendidikan. Karakteristik adalah ciri khas atau bentuk-bentuk watak yang
dimiliki oleh setiap individu, corak tingkah laku, ataupun tanda khusus. Inovasi pendidikan
ialah suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang
baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul dalam dunia
pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas, karakteristik inovasi
pendidikan dapat diartikan
sebagai ciri-ciri atau karakter dari suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati
sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik
berupa hasil penemuan
untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul dalam dunia
pendidikan.
2.2 Karakteristik Inovasi Pendidikan
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas
dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Misalnya penyebarluasan
penggunaan kalkulator dan “blue jean”
, dalam waktu kurang dari 1 sampai 5 tahun sudah merata keseluruh Amerika
Serikat, sedangkan penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil baru tersebar
merata setelah memakan waktu beberapa puluh tahun. Everest M. Rogers
(1993:14-16) mengemukakan karakterisstik inovasi yang dappat mempengaruhi cepat
atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut:
1. Keuntungan
Relatif
Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap
menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu
inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor
status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen
yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya
inovasi.
Keunggulan
relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik dari yang
pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi
ekonomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan, dan lain-lain. Semakin
besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi
tersebut dapat diadopsi.
Sebagai contoh para adopter akan menilai
apakah suatu Inovasi itu relatif menguntungkan atau lebih
unggul dibanding yang lainnya atau tidak.
Untuk adopter yang menerima secara cepat suatu
inovasi, akan melihat inovasi itu sebagai sebuah keunggulan.
2.
Kompatibel (Compatibility)
Kompatibel (compatibility)
ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan
kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang
diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan
norma yang ada.
Misalnya, jika suatu inovasi atau ide baru
tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu
tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai
(compatible). Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi
berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman dan
kebutuhannya. Contohnya,
penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan
agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar inovasi
akan terhambat.
3.
Kompleksitas (Complexity)
Kompleksitas (complexity),
ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima.
Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan
cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan
oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Adopter atau
pengguna inovasi juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang
akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan inovasi. Artinya bagi
individu yang lambat mamahami dan
menguasainya tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi
dibanding individu yang cepat memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut
berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk
mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.
Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui tentang
teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh
kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air yang tidak
masak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar
diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh
masyarakat.
4.
Trialabilitas (Trialability)
Trialabilitas (trialability)
atau kemampuan uji coba ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh
penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat
daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Suatu inovasi yang dapat diuji cobakan dalam
pengaturan (setting) sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi.
Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu
menunjukkan (mendemostrasikan) keunggulannya.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo
akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam
dan dapat melihat hasilnya.
5. Dapat
Diamati (Observability)
Dapat diamati (observability)
ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya
mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi
yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi,
karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit
unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang
diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca
dan menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk
melihat hasil yang nyta menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi.
Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat
lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu inovasi
dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam atribut (Zaltman: 32-50). Untuk
memperjelas kaitan anatara inovasi dengan cepat lambatnya proses penerimaan
(adopsi), maka kita lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan
Zaltman, sebagai berikut.
1.
Pembiayaan
(cost), cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh pembiayaan, baik
pembiayaan pada awal (penggunaan) maupun pembiayaan untuk pembinaan selanjutnya.
Walaupun diketahui pula bahwa biasanya tingginya pembiayaan ada kaitannya
dengan kualitas inovasi itu sendiri. Misalnya penggunaan modul di
sekolah dasar. Ditinjau dari pengembangan pribadi anak, kemandirian dalam usaha
(belajar) mempunyai nilai positif, tetapi karena pembiayaan mahal maka akhirnya
tidak dapat disebar luaskan.
2.
Balik
modal (returns to investment), atribut ini hanya ada dalam inovasi di bidang
perusahaan atau industri. Artinya suatu inovasi akan dapat dilaksanakan kalau
hasilnya dapat dilihat sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan (perusahaan
tidak merugi). Untuk bidang pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan karena
hasil pendidikan tidak dapat diketahui dengan nyata dalam waktu relatif
singkat.
3.
Efisiensi,
inovasi akan cepat diterima jika ternyata pelaksanaan dapat menghemat waktu dan
juga terhindar dari berbagai masalah/hambatan.
4.
Resiko
dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima jika mengandung resiko yang
sekecil-kecilnya bagi penerima inovasi.
5.
Mudah
dikomunikasikan, inovasi akan cepat diterima bila isinya mudah dikomunikasikan
dan mudah diterima klien.
6.
Kompatibilitas,
cepat lambatnya penerimaan inovasi tergantung dari kesesuaiannya dengan
nilai-nilai (value) warga masyarakat.
7.
Kompleksitas,
inovasi yang dapat mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar.
8.
Status
ilmiah, suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima
akan cepat tersebar. Sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar
digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya.
9.
Kadar
keaslian, warga masyarakat dapat cepat menerima inovasi apabila dirasakan itu
hal yang baru bagi mereka.
10. Dapat dilihat kemanfaatannya, suatu inovasi yang hasilnya
mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi
yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
11. Dapat dilihat batas sebelumnya, suatu inovasi akan makin
cepat diterima oleh masyarakat apabila dapat dilihat batas sebelumnya.
12. Keterlibatan sasaran perubahan, inovasi dapat mudah
diterima apabila warga masyarakat diikutsertakan dalam setiap proses yang
dijalani.
13. Hubungan interpersonal. Maka jika hubungan interpersonal
baik, dapat mempengaruhi temannya untuk menerima inovasi. Dengan hubungan yang
baik maka orang yang menentang akan menjadi bersikap baik, orang simpati akan
menjadi tertarik dan orang yang tertarik akan menerima inovasi.
14. Kepentingan umun atau pribadi (publicness versus
privateness). Inovasi yang bermanfaat untuk kepentingan umum akan lebih cepat
diterima daripada inovasi yang ditujukan pada kepentingan sekelompok orang
sajaa.
15. Penyuluh inovasi (gatekeepers). Untuk melancarkan
hubungan dalam usaha mengenalkan suatu inovasi kepada organisasi sampai
organisasi mau menerima inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat
menjadi penyuluh inovasi. Misalnya untuk pelaksanaan program KB, maka
diperlukan orang-orang yang bertugas mendatangi warga masyarakat untuk
menjelaskan perlunya melaksanakan program KB. Tersedianya penyuluh inovasu akan
memppengaruhi kecepatan penerimaan inovasi.
Demikian berbagai macam atribut inovasi yang dapat
mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami
atribut tersebut para pendidik dapat menganalisis inovasi pendidikan yang
sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk
membantu mempercepat penerimaan proses inovasi.
DAFTAR RUJUKAN
Sa’ud, Udin S. 2012. Inovasi
Pendidikan. Bandung: Alfabet
Purnama, Puput. 2015. Karakteristik Inovasi. (online), http://puputpurnama11.blogspot.co.id/2015/01/karakteristik-inovasi.html. Diakses pada 30 Januari 2018 pukul 13.00
BAB
II
KARAKTERISTIK
INOVASI PENDIDIKAN
2.1 Pengertian
Karakteristik Inovasi
Secara etimologis, istilah
karakteristik merupakan susunan dua kata yang terdiri dari kata karakteristik
dan tafsir. Istilah karakteristik diambil dari Bahasa Inggris yakni characteristic,
artinya mengandung sifat khas. Yang mengungkapkan
sifat-sifat khas dari sesuatu. Secara
garis besar karakteristik adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada
seseorang atau suatu objek.
Secara umum, karakteristik inovasi pendidikan dapat diartikan berdasarkan dua kata yakni, Karakteristik dan Inovasi
Pendidikan. Karakteristik adalah ciri khas atau bentuk-bentuk watak yang
dimiliki oleh setiap individu, corak tingkah laku, ataupun tanda khusus. Inovasi pendidikan
ialah suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang
baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul dalam dunia
pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas, karakteristik inovasi
pendidikan dapat diartikan
sebagai ciri-ciri atau karakter dari suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati
sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik
berupa hasil penemuan
untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul dalam dunia
pendidikan.
2.2 Karakteristik Inovasi Pendidikan
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas
dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Misalnya penyebarluasan
penggunaan kalkulator dan “blue jean”
, dalam waktu kurang dari 1 sampai 5 tahun sudah merata keseluruh Amerika
Serikat, sedangkan penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil baru tersebar
merata setelah memakan waktu beberapa puluh tahun. Everest M. Rogers
(1993:14-16) mengemukakan karakterisstik inovasi yang dappat mempengaruhi cepat
atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut:
1. Keuntungan
Relatif
Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap
menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu
inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor
status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen
yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya
inovasi.
Keunggulan
relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik dari yang
pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi
ekonomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan, dan lain-lain. Semakin
besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi
tersebut dapat diadopsi.
Sebagai contoh para adopter akan menilai
apakah suatu Inovasi itu relatif menguntungkan atau lebih
unggul dibanding yang lainnya atau tidak.
Untuk adopter yang menerima secara cepat suatu
inovasi, akan melihat inovasi itu sebagai sebuah keunggulan.
2.
Kompatibel (Compatibility)
Kompatibel (compatibility)
ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan
kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang
diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan
norma yang ada.
Misalnya, jika suatu inovasi atau ide baru
tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu
tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai
(compatible). Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi
berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman dan
kebutuhannya. Contohnya,
penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan
agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar inovasi
akan terhambat.
3.
Kompleksitas (Complexity)
Kompleksitas (complexity),
ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima.
Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan
cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan
oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Adopter atau
pengguna inovasi juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang
akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan inovasi. Artinya bagi
individu yang lambat mamahami dan
menguasainya tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi
dibanding individu yang cepat memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut
berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk
mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.
Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui tentang
teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh
kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air yang tidak
masak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar
diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh
masyarakat.
4.
Trialabilitas (Trialability)
Trialabilitas (trialability)
atau kemampuan uji coba ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh
penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat
daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Suatu inovasi yang dapat diuji cobakan dalam
pengaturan (setting) sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi.
Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu
menunjukkan (mendemostrasikan) keunggulannya.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo
akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam
dan dapat melihat hasilnya.
5. Dapat
Diamati (Observability)
Dapat diamati (observability)
ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya
mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi
yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi,
karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit
unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang
diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca
dan menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk
melihat hasil yang nyta menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi.
Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat
lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu inovasi
dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam atribut (Zaltman: 32-50). Untuk
memperjelas kaitan anatara inovasi dengan cepat lambatnya proses penerimaan
(adopsi), maka kita lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan
Zaltman, sebagai berikut.
1.
Pembiayaan
(cost), cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh pembiayaan, baik
pembiayaan pada awal (penggunaan) maupun pembiayaan untuk pembinaan selanjutnya.
Walaupun diketahui pula bahwa biasanya tingginya pembiayaan ada kaitannya
dengan kualitas inovasi itu sendiri. Misalnya penggunaan modul di
sekolah dasar. Ditinjau dari pengembangan pribadi anak, kemandirian dalam usaha
(belajar) mempunyai nilai positif, tetapi karena pembiayaan mahal maka akhirnya
tidak dapat disebar luaskan.
2.
Balik
modal (returns to investment), atribut ini hanya ada dalam inovasi di bidang
perusahaan atau industri. Artinya suatu inovasi akan dapat dilaksanakan kalau
hasilnya dapat dilihat sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan (perusahaan
tidak merugi). Untuk bidang pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan karena
hasil pendidikan tidak dapat diketahui dengan nyata dalam waktu relatif
singkat.
3.
Efisiensi,
inovasi akan cepat diterima jika ternyata pelaksanaan dapat menghemat waktu dan
juga terhindar dari berbagai masalah/hambatan.
4.
Resiko
dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima jika mengandung resiko yang
sekecil-kecilnya bagi penerima inovasi.
5.
Mudah
dikomunikasikan, inovasi akan cepat diterima bila isinya mudah dikomunikasikan
dan mudah diterima klien.
6.
Kompatibilitas,
cepat lambatnya penerimaan inovasi tergantung dari kesesuaiannya dengan
nilai-nilai (value) warga masyarakat.
7.
Kompleksitas,
inovasi yang dapat mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar.
8.
Status
ilmiah, suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima
akan cepat tersebar. Sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar
digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya.
9.
Kadar
keaslian, warga masyarakat dapat cepat menerima inovasi apabila dirasakan itu
hal yang baru bagi mereka.
10. Dapat dilihat kemanfaatannya, suatu inovasi yang hasilnya
mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi
yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
11. Dapat dilihat batas sebelumnya, suatu inovasi akan makin
cepat diterima oleh masyarakat apabila dapat dilihat batas sebelumnya.
12. Keterlibatan sasaran perubahan, inovasi dapat mudah
diterima apabila warga masyarakat diikutsertakan dalam setiap proses yang
dijalani.
13. Hubungan interpersonal. Maka jika hubungan interpersonal
baik, dapat mempengaruhi temannya untuk menerima inovasi. Dengan hubungan yang
baik maka orang yang menentang akan menjadi bersikap baik, orang simpati akan
menjadi tertarik dan orang yang tertarik akan menerima inovasi.
14. Kepentingan umun atau pribadi (publicness versus
privateness). Inovasi yang bermanfaat untuk kepentingan umum akan lebih cepat
diterima daripada inovasi yang ditujukan pada kepentingan sekelompok orang
sajaa.
15. Penyuluh inovasi (gatekeepers). Untuk melancarkan
hubungan dalam usaha mengenalkan suatu inovasi kepada organisasi sampai
organisasi mau menerima inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat
menjadi penyuluh inovasi. Misalnya untuk pelaksanaan program KB, maka
diperlukan orang-orang yang bertugas mendatangi warga masyarakat untuk
menjelaskan perlunya melaksanakan program KB. Tersedianya penyuluh inovasu akan
memppengaruhi kecepatan penerimaan inovasi.
Demikian berbagai macam atribut inovasi yang dapat
mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami
atribut tersebut para pendidik dapat menganalisis inovasi pendidikan yang
sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk
membantu mempercepat penerimaan proses inovasi.
DAFTAR RUJUKAN
Sa’ud, Udin S. 2012. Inovasi
Pendidikan. Bandung: Alfabet
Purnama, Puput. 2015. Karakteristik Inovasi. (online), http://puputpurnama11.blogspot.co.id/2015/01/karakteristik-inovasi.html. Diakses pada 30 Januari 2018 pukul 13.00
BAB
II
KARAKTERISTIK
INOVASI PENDIDIKAN
2.1 Pengertian
Karakteristik Inovasi
Secara etimologis, istilah
karakteristik merupakan susunan dua kata yang terdiri dari kata karakteristik
dan tafsir. Istilah karakteristik diambil dari Bahasa Inggris yakni characteristic,
artinya mengandung sifat khas. Yang mengungkapkan
sifat-sifat khas dari sesuatu. Secara
garis besar karakteristik adalah suatu sifat yang khas, yang melekat pada
seseorang atau suatu objek.
Secara umum, karakteristik inovasi pendidikan dapat diartikan berdasarkan dua kata yakni, Karakteristik dan Inovasi
Pendidikan. Karakteristik adalah ciri khas atau bentuk-bentuk watak yang
dimiliki oleh setiap individu, corak tingkah laku, ataupun tanda khusus. Inovasi pendidikan
ialah suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang
baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil penemuan untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul dalam dunia
pendidikan.
Berdasarkan pengertian diatas, karakteristik inovasi
pendidikan dapat diartikan
sebagai ciri-ciri atau karakter dari suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati
sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik
berupa hasil penemuan
untuk mencapai tujuan pendidikan guna menyelesaikan masalah-masalah yang
timbul dalam dunia
pendidikan.
2.2 Karakteristik Inovasi Pendidikan
Cepat lambatnya penerimaan inovasi oleh masyarakat luas
dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri. Misalnya penyebarluasan
penggunaan kalkulator dan “blue jean”
, dalam waktu kurang dari 1 sampai 5 tahun sudah merata keseluruh Amerika
Serikat, sedangkan penggunaan tali pengaman bagi pengendara mobil baru tersebar
merata setelah memakan waktu beberapa puluh tahun. Everest M. Rogers
(1993:14-16) mengemukakan karakterisstik inovasi yang dappat mempengaruhi cepat
atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut:
1. Keuntungan
Relatif
Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap
menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu
inovasi dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor
status sosial (gengsi), kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen
yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya
inovasi.
Keunggulan
relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik dari yang
pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi
ekonomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan, dan lain-lain. Semakin
besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi
tersebut dapat diadopsi.
Sebagai contoh para adopter akan menilai
apakah suatu Inovasi itu relatif menguntungkan atau lebih
unggul dibanding yang lainnya atau tidak.
Untuk adopter yang menerima secara cepat suatu
inovasi, akan melihat inovasi itu sebagai sebuah keunggulan.
2.
Kompatibel (Compatibility)
Kompatibel (compatibility)
ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (values), pengalaman lalu, dan
kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang
diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat inovasi yang sesuai dengan
norma yang ada.
Misalnya, jika suatu inovasi atau ide baru
tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu
tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai
(compatible). Adopter juga akan mempertimbangkan pemanfaatan inovasi
berdasarkan konsistensinya pada nilai-nilai, pengalaman dan
kebutuhannya. Contohnya,
penyebarluasan penggunaan alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan
agamanya melarang penggunaan alat tersebut, maka tentu saja penyebar inovasi
akan terhambat.
3.
Kompleksitas (Complexity)
Kompleksitas (complexity),
ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima.
Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima akan
cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar digunakan
oleh penerima akan lambat proses penyebarannya. Adopter atau
pengguna inovasi juga akan menilai tingkat kesulitan atau kompleksitas yang
akan dihadapinya jika mereka memanfaatkan inovasi. Artinya bagi
individu yang lambat mamahami dan
menguasainya tentu akan mengalami tingkat kesulitan lebih tinggi
dibanding individu yang cepat memahaminya. Tingkat kesulitan tersebut
berhubungan dengan pengetahuan dan kemampuan seseorang untuk
mempelajari istilah-istilah dalam inovasi itu.
Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui tentang
teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh penyuluh
kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum, karena air yang tidak
masak jika diminum dapat menyebabkan sakit perut. Tentu saja ajakan itu sukar
diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi akan makin cepat diterima oleh
masyarakat.
4.
Trialabilitas (Trialability)
Trialabilitas (trialability)
atau kemampuan uji coba ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh
penerima. Suatu inovasi yang dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat
daripada inovasi yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Suatu inovasi yang dapat diuji cobakan dalam
pengaturan (setting) sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi.
Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu
menunjukkan (mendemostrasikan) keunggulannya.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi gogo
akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat mencoba dulu menanam
dan dapat melihat hasilnya.
5. Dapat
Diamati (Observability)
Dapat diamati (observability)
ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya
mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi
yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
Misalnya penyebarluasan penggunaan bibit unggul padi,
karena petani dapat dengan mudah melihat hasil padi yang menggunakan bibit
unggul tersebut, maka mudah untuk memutuskan mau menggunakan bibit unggul yang
diperkenalkan. Tetapi mengajak petani yang buta huruf untuk mau belajar membaca
dan menulis tidak dapat segera dibuktikan karena para petani sukar untuk
melihat hasil yang nyta menguntungkan setelah orang tidak buta huruf lagi.
Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat
lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu inovasi
dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam atribut (Zaltman: 32-50). Untuk
memperjelas kaitan anatara inovasi dengan cepat lambatnya proses penerimaan
(adopsi), maka kita lihat secara singkat atribut inovasi yang dikemukakan
Zaltman, sebagai berikut.
1.
Pembiayaan
(cost), cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh pembiayaan, baik
pembiayaan pada awal (penggunaan) maupun pembiayaan untuk pembinaan selanjutnya.
Walaupun diketahui pula bahwa biasanya tingginya pembiayaan ada kaitannya
dengan kualitas inovasi itu sendiri. Misalnya penggunaan modul di
sekolah dasar. Ditinjau dari pengembangan pribadi anak, kemandirian dalam usaha
(belajar) mempunyai nilai positif, tetapi karena pembiayaan mahal maka akhirnya
tidak dapat disebar luaskan.
2.
Balik
modal (returns to investment), atribut ini hanya ada dalam inovasi di bidang
perusahaan atau industri. Artinya suatu inovasi akan dapat dilaksanakan kalau
hasilnya dapat dilihat sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan (perusahaan
tidak merugi). Untuk bidang pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan karena
hasil pendidikan tidak dapat diketahui dengan nyata dalam waktu relatif
singkat.
3.
Efisiensi,
inovasi akan cepat diterima jika ternyata pelaksanaan dapat menghemat waktu dan
juga terhindar dari berbagai masalah/hambatan.
4.
Resiko
dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima jika mengandung resiko yang
sekecil-kecilnya bagi penerima inovasi.
5.
Mudah
dikomunikasikan, inovasi akan cepat diterima bila isinya mudah dikomunikasikan
dan mudah diterima klien.
6.
Kompatibilitas,
cepat lambatnya penerimaan inovasi tergantung dari kesesuaiannya dengan
nilai-nilai (value) warga masyarakat.
7.
Kompleksitas,
inovasi yang dapat mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar.
8.
Status
ilmiah, suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh penerima
akan cepat tersebar. Sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar
digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya.
9.
Kadar
keaslian, warga masyarakat dapat cepat menerima inovasi apabila dirasakan itu
hal yang baru bagi mereka.
10. Dapat dilihat kemanfaatannya, suatu inovasi yang hasilnya
mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi
yang sukar diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat.
11. Dapat dilihat batas sebelumnya, suatu inovasi akan makin
cepat diterima oleh masyarakat apabila dapat dilihat batas sebelumnya.
12. Keterlibatan sasaran perubahan, inovasi dapat mudah
diterima apabila warga masyarakat diikutsertakan dalam setiap proses yang
dijalani.
13. Hubungan interpersonal. Maka jika hubungan interpersonal
baik, dapat mempengaruhi temannya untuk menerima inovasi. Dengan hubungan yang
baik maka orang yang menentang akan menjadi bersikap baik, orang simpati akan
menjadi tertarik dan orang yang tertarik akan menerima inovasi.
14. Kepentingan umun atau pribadi (publicness versus
privateness). Inovasi yang bermanfaat untuk kepentingan umum akan lebih cepat
diterima daripada inovasi yang ditujukan pada kepentingan sekelompok orang
sajaa.
15. Penyuluh inovasi (gatekeepers). Untuk melancarkan
hubungan dalam usaha mengenalkan suatu inovasi kepada organisasi sampai
organisasi mau menerima inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat
menjadi penyuluh inovasi. Misalnya untuk pelaksanaan program KB, maka
diperlukan orang-orang yang bertugas mendatangi warga masyarakat untuk
menjelaskan perlunya melaksanakan program KB. Tersedianya penyuluh inovasu akan
memppengaruhi kecepatan penerimaan inovasi.
Demikian berbagai macam atribut inovasi yang dapat
mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan suatu inovasi. Dengan memahami
atribut tersebut para pendidik dapat menganalisis inovasi pendidikan yang
sedang disebarluaskan, sehingga dapat memanfaatkan hasil analisisnya untuk
membantu mempercepat penerimaan proses inovasi.
DAFTAR RUJUKAN
Sa’ud, Udin S. 2012. Inovasi
Pendidikan. Bandung: Alfabet
Purnama, Puput. 2015. Karakteristik Inovasi. (online), http://puputpurnama11.blogspot.co.id/2015/01/karakteristik-inovasi.html. Diakses pada 30 Januari 2018 pukul 13.00
Langganan:
Postingan (Atom)
Tugas Kuliah. Ice Breaking
ICE BREAKING untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran IPA di SD yang dibina oleh Dra. Sri Estu Winahyu, M. Pd. Disusun Oleh Ke...
-
PRINSIP DAN MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Pembelajaran Kelas Rangkap ...
-
KONSEP DASAR FILSAFAT PADA UMUMNYA DAN FILSAFAT PENDIDIKAN PADA KHUSUSNYA MAKALAH Untuk memenuhi tugas matakuliah Filsafat dan Teori Pend...
-
TEORI BELAJAR BRUNER, GAGNE, DIENES, AUSUBLE, DAN PIAGET MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Pembelajaran Matematika SD Yang diam...