KONSEP DASAR FILSAFAT PADA UMUMNYA DAN FILSAFAT PENDIDIKAN PADA KHUSUSNYA
MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah Filsafat dan Teori Pendidikan SD
yang dibina oleh Drs.I Made Suardana, S.Pd, M.Pd
Oleh:
Latifah Eka Pakshi 150151604575
Mei Tri Hardiantikasari 150151604749
Rahmat Eka Saputra 150151603967
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FEBRUARI 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Dasar Filsafat pada Umumnya dan Filsafat Pendidikan pada Khususnya”.
Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Bapak Drs. I Made Suardana, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat dan Teori Pendidikan SD.
Semua rekan yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun demi perbaikan sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Aamiin.
Malang, Februari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 1
Tujuan ............ 1
BAB II PEMBAHASAN
Konsep Dasar Filsafat 3
Konsep Dasar Filsafat Pendidikan 4
Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan 8
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 10
Saran 10
DAFTAR RUJUKAN 11
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Filsafat merupakan suatu ilmu dalam memandang suatu hal secara mendalam hingga sampai kedasarnya. Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan yang ada, karena dengan sebuah filsafat segala ilmu tersebut memiliki pengertian yang mendasar dalam menjawab berbagai macam permasalahan pada setiap ilmu.
Pada dasarnya, filsafat pendidikan lahir sebagai akibat dari proses pendidikan yang tidak bisa lepas dari suatu filsafat. Dalam Arbi (1988:5) filsafat pendidikan adalah lebih dari pada berpikir secara seksama mengenai pendidikan serta lebih dari pada kearifan yang terkenal mengenai penyekolahan.
Filsafat dan filsafat pendidikan memiliki suatu hubungan yang saling berkaitan satu sama lainnya. Dengan sebuah filsafat, segala permasalahan dalam pendidikan dapat terjawab hingga konsep terdasar. Sehingga, pada sistem pendidikan tentunya juga membutuhkan sebuah dasar teori yang berasal dari filsafat untuk mendukung keberhasilan terlaksananya segala jenis pendidikan saat ini.
Dalam makalah yang berjudul “Konsep Dasar Filsafat pada Umumnya dan FIlsafat Pendidikan pada Khususnya” ini membahas mengenai pengertian filsafat dan filsafat pendidikan serta hubungan antara filsafat dan filsafat pendidikan.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
Bagaimana konsep dasar filsafat pada umumnya ?
Bagaimana konsep dasar filsafat pendidikan ?
Bagaimana hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan ?
Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan untuk, sebagai berikut.
Untuk mengetahui konsep dasar filsafat pada umumnya.
Untuk mengetahui konsep dasar filsafat pendidikan.
Untuk mengetahui hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Dasar Filsafat pada Umumnya
Pengertian Filsafat
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari suatu fenomena.
Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari sesuatu objek/gejala secara mendalam. Adapun pada ilmu pengetahuan empiris hanya membicarakan gejala-gejala. Membicarakan gejala untuk masuk sampai ke hakikat itulah dalam filsafat. Untuk sampai ke hakikat harus melalui suatu metode yang khas dari filsafat.
Jadi dalam filsafat itu harus refleksi, radikal, integral. Refleksi disini berarti manusia menangkap objeknya secara intensional dan sebagai hasil dari proses tersebut, yakni keseluruhan nilai dan makna yang diungkapkan manusia dari objek-objek yang dihadapinya.
Radikal berasal dari kata radix (berarti akar). Jadi, filsafat itu radikal berarti filsafat harus mencari pengetahuan sedalam-dalamnya (sampai ke akar-akarnya). Filsafat itu integral berarti mempunyai kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruhan. Jadi, filsafat ingin memandang objeknya secara integral.
Objek Filsafat
Objek Material
Objek material, yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Boleh juga objek material adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik hal-hal konkret atau pun hal yang abstrak. Objek material dari filsafat sangat luas yaitu mencakup segala sesuatu yang ada.
Sedangkan persoalan-persoalan dalam kefilsafatan mengandung ciri-ciri yaitu sebagai berikut.
Bersifat sangat umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak bersangkutan dengan objek-objek khusus. Dengan kata lain sebagian besar masalah kefilsafatan berkaitan ide-ide besar. Misalnya, filsafat tidak menanyakan “Berapa harta yang anda sedekahkan dalam satu bulan?” akan tetapi, filsafat menanyakan “apa keadilan itu?”
Tidak menyangkut fakta. Dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif. Persoalan-persoalan yang dihadapi dapat melampaui pengetahuan ilmiah.
Bersangkutan dengan nilai-nilai (values), artinya persoalan-persoalan kefilsafatan bertalian dengan penilaian baik nilai moral, estetis, agama, dan sosial. Nilai dalam pengertian ini adalah suatu kualitas abstrak yang ada pada sesuatu hal.
Bersifat kritis, artinya filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep-konsep dan arti-arti yang biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan secara kritis.
Bersifat sinoptik, artinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan, filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai keseluruhan.
Bersifat implikatif, artinya kalau sesuatu persoalan kefilsafatan sudah dijawab, maka dari jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan. Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat-akibat lebih jauh yang menyentuh kepentingan-kepentingan manusia.
Objek Formal Filsafat
Objek formal, yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot. Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandangan sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya, objek materialnya adalah “manusia” dan manusa ini ditinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia diantaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan sebagainya.
Jadi yang membedakan antara filsafat dengan ilmu-ilmu lain terletak dalam objek formalnya. Kalau dalam ilmu-ilmu lain objek materialnya membatasi diri, sedangkan pada filsafat tidak membatasi diri. Adapun pada objek formalnya membahas objek materialnya itu sampai ke hakikat atau esensi dari yang dihadapinya.
Ciri-ciri Filsafat
Menyeluruh
Artinya, pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandangan tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu-ilmu lain, hubungan ilmu dengan moral, seni, dan tujuan hidup.
Mendasar
Artinya, pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Jadi tidak hanya berhenti pada periferis (kulitnya) saja, tetapi sampai tembus ke kedalamannya.
Spekulatif
Artinya hasil pemikiran yang didapat dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menjelajah wilayah pengetahuan yang baru. Meskipun demikian tidak berarti hasil pemikiran kefilsafatan itu meragukan, karena tidak pernah mencapai keselesaian.
Asal dan Peranan Filsafat
Asal Filsafat
Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk ‘berfilsafat’, dalam Surajiyo (2013:16) disebutkan sebagai berikut.
Keheranan
Banyak filsuf menunjukkan rasa heran sebagai asal filsafat. Plato misalnya mengatakan: “Mata kita memberi pengamatan bintang – bintang, matahari, dan langit. Pengamatan ini memberi dorongan untuk menyelidiki. Dari penyelidikan ini berasal dari filsafat”.
Kesangsian
Filsuf-filsuf lain, seperti Augustinus (254/ 430 M) dan Rene Descartes (1596-1650 M) menunjukkan kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. “Manusia heran, tetapi kemudian ia ragu-ragu. Apakah ia tidak ditipu oleh panca inderanya kalau ia heran? Apakah kita tidak hanya melihat yang ingin kita lihat? Dimana dapat ditemukan kepastian? Karena dunia ia penuh dengan berbagai pendapat, keyakinan, dan interpretasi”.
Kesadaran akan keterbatasan
Manusia mulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasan dirinya manusia mulai berfilsafat. Ia mulai memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.
Peranan Filsafat
Pendobrak
Berabad – abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan. Dalam penjara itu, manusia terlena dalam alam mistik yang penuh sesak dengan hal – hal serba rahasia yang terungkap lewat berbagai mitos dan mite. Manusia menerima begitu saja segala penuturan dongeng dan takhayul tanpa mempersoalkannya lebih lanjut. Orang beranggapan bahwa karena segala dongeng dan takhayul merupakan bagian yang hakiki dari warisan tradisi nenek moyang, sedang tradisi itu benar dan tidak dapat diganggu gugat, maka dongeng dan takhayul itu pasti benar dan tidak boleh diganggu gugat.
Keadaan tersebut berlangsung cukup lama. Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok tradisi yang begitu sakral yang selama itu tidak boleh diganggu gugat. Kendati pendobrakan itu membutuhkan waktu yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa filsafat benar-benar telah berperan selaku pendobrak yang mencengangkan.
Pembebas
Filsafat membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Demikian pula, filsafat membebaskan manusia dari belenggu cara berpikir yang mistis
Filsafat telah, sedang, dan akan terus berupaya membebaskan manusia dari kekurangan dan kemiskinan pengetahuan yang menyebabkan manusia menjadi picik dan dangkal. Filsafat pun membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih. Filsafat juga membebaskan manusia dari cara berpikir tidak kritis yang membuat manusia mudah menerima berbagai kebenaran semu yang menyesatkan.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa filsafat membebaskan manusia dari segala jenis “penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak akal budi manusia.
Pembimbing
Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistis dengan membimbing manusia untuk berpikir secara rasional. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan membimbing manusia untuk berpikir secara luas dan lebih mendalam, yakni berpikir secara universal sambil berupaya mencapai akarnya dan menemukan esensi suatu permasalahan. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih dengan membimbing manusia untuk berpikir secara sistematis dan logis. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang utuh dan begitu fragmentaris dengan membimbing manusia untuk berpikir secara integral dan koheren.
Konsep Dasar Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan adalah membanding-bandingkan antara satu nilai dengan nilai lain yang berbeda untuk digunakan sebagai pedoman dalam memanajemen proses pembentukan karakter manusia yang konstruktif. Hal tersebut diperkuat oleh penjelasan dalam Soegiono (2012:100), sebagai berikut.
“Filsafat (berfilsafat) adalah berpikir sebagai upaya mencari nilai yang lebih baik dan ideal, sedangan pendidikan merealisasikan nilai tersebut dalam hidup manusia, dalam kepribadian manusia. Filsafat pendidikan diartikan sebagai studi komparatif tentang efek filsafat yang bertentangan dalam hidup dan tentang alternatif proses pembentukan karakter dan untuk mendapatkan manajemen pendidikan demi membentuk karakter yang paling konstruktif bagi pemuda dan orang dewasa”.
Filsafat pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau pedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejala-gejala kependidikan yang tertentu pula. Selain itu, antara filsafat dan teori pendidikan juga terdapat hubungan yang bersifat suplementer, menurut Saifullah dalam buku Zuhairini (2015:18), sebagai berikut.
“Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif ilmiah, yaitu:
Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang sifat hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.
Kegiatan merumuskan sistem atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan, metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam pembangunan masyarakat dan negara.
Definisi di atas merangkum dua cabang ilmu pendidikan yaitu, filsafat pendidikan dan sistem atau teori pendidikan, dan hubungan antara keduanya adalah bahwa yang satu “suplemen” terhadap yang lain dan keduanya diperlukan oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi tertentu”.
Sesuai dengan kenyataan, bahwa filsafat pendidikan merupakan terapan ilmu filsafat terhadap problema pendidikan, dan sejalan dengan pembahasan tentang ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif serta definisi filsafat pendidikan dalam pembahasan terdahulu, maka kriteria kualifikasi filsafat pendidikan, artinya memenuhi persyaratan secara lengkap, dalam Tim Dosen FIP (1981:65) disebutkan.
Menyelesaikan problema essensial filsafat pendidikan :
Merumuskan secara tegas sifat hakekat pendidikan (the nature of education)
Merumuskan sifat hakekat manusia, sebagai subyek dan obyek pendidikan (the nature of man)
Merumuskan secara tegas hubungan antara agama, filsafat, dan kebudayaan
Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan dan science of education (teori pendidikan)
Merumuskan hubungan antara filsafat negara, filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan)
Merumuskan sistem nilai norma, atau isi moral pendidikan (tujuan intermidiet)
Suatu aliran filsafat pendidikan harus bersifat “terbuka” untuk dikenai kritik evaluatif tentang segi kebaikan dan kelemahannya.
Filsafat pendidikan harus menempatkan individu dengan freedom of choice-nya atau memberi kesepatan kepada individu untuk berpikir kritis dan reflektif, dan tidak berpikir secara dogmatis atau tradisional.
Hubungan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan
Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat pelaksanaan pendidikan. Filsafat pendidikan berupaya untuk memikirkan permasalahan dalam dunia pendidikan. Salah satu yang dikritisi secara konkret adalah relasi antara pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran. Filsafat pendidikan berusaha menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan, sumber daya manusia, teori kurikulum dan pembelajaran serta aspek-aspek pendidikan yang lain. Filsafat memiliki pandangan hidup yang menyeluruh dan sistematis sehingga menjadikan manusia lebih berkembang. Hal tersebut tentunya telah dijelaskan dalam sistem pendidikan agar lebih dapat terarah dan sesuai dengan tujuan pendidikan.
Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang kebijakan Pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari teori pendidik. Tugas filsafat yaitu melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis secara mendalam dan mendasar melalui proses pemikiran yang sistematis dan logis hingga keakar-akarnya, mengenai masalah hidup hingga kehidupan manusia. Sementara itu, filsafat dapat diartikan sebagai pelaksana pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam bidang pendidikan dalam upaya memecahkan berbagai persoalan dalam pendidikan.
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan, yaitu.
Filsafat, dalam arti filosofis merupakan salah satu cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan masalah pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli.
Filsafat, berfungsi memberi arah bagi teori pendidikan yang telah ada menurut aliran filsafat tertentu yang memiliki relevansi dengan kehidupan nyata.
Filsafat, dalam hal ini filsafat pendidikan mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hubungan filsafat dengan filsafat Pendidikan memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Dalam Permana (2017:9) disebutkan bahwa filsafat pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu sistem pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha-usaha perbaikan, peningkatan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya sistem pendidikan.
Untuk merealisasikan pandangan filsafat tentang pendidikan terdapat beberapa unsur yang akan menjadi tonggak untuk pengembangan pendidikan lebih lanjut, yaitu dasar pendidikan. Dasar pendidikan merupakan suatu aktivitas untuk mengembangkan dalam bidang pendidikan dan pengembangan kepribadian, tentunya pendidikan memerlukan landasan kerja untuk memberi arah bagi programnya. Sebab dengan adanya dasar juga dapat berfungsi sebagai semua sumber peraturan yang akan direncanakan sebagai pegangan hidup dan pegangan langkah pelaksanaan.
Adapun hubungan filsafat pendidikan dengan sistem pendidikan, yaitu.
Sistem Pendidikan bertugas merumuskan alat-alat, prasarana, pelaksanaan teknik-teknik dan atau pola-pola proses pendidikan dan pengajaran yang mana akan dicapai dan dibina tujuan-tujuan pendidikannya, dan ini meliputi problematika kepemimpinan dan metode pendidikan, politik sampai seni pendidikan.
Isi moral atau pendidikan berupa perumusan norma-norma atau nilai spiritual etis yang akan dijadikan sistem nilai pendidikan atau merupakan konsepsi dasar moral pendidikan, yang berlaku segala jenis dan tingkat pendidikan.
Filsafat pendidikan sebagai suatu sumber lapangan studi bertugas merumuskan secara normatif dasar-dasar dan tujuan pendidikan, hakikat dan sifat hakikat manusia, hakikat dan segi-segi pendidikan, isi moral pendidikan, sistem pendidikan yang meliputi politik kependidikan, kepemimpinan pendidikan dalam pembangunan masyarakat.
Sebagai contoh, bagi seorang guru ia harus mewakili filsafat atau pandangan hidup yang menentukan tingkah laku perbuatannya dan menilai tingkah laku perbuatan orang lain. Dan sebagai seorang guru, ia harus memiliki filsafat pendidikan yang menentukan sistem nilai yang menjadi dasar atau sumber pedoman mendidik yang harus dilaksanakannya.
Untuk menentukan pilihan terhadap bermacam-macam filsafat hidup, filsafat pendidikan dan atau sistem nilai, maka serba sedikit guru harus mengerti filsafat dan ilmu filsafat, ilmu filsafat pendidikan, hubungan antara keduanya dan hubungannya dengan filsafat negara dan ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan praktis normatif, serta hubungan antara filsafat pendidikan dan sistem pendidikan maupun cabang-cabang ilmu pengetahuan yang lain (Tim Dosen FIP, 1981:42).
Jadi, pendidikan dalam pandangan filosofis yaitu suatu sistem dalam pelaksanaannya perlu menggunakan filsafat sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan. Filsafat tersebut digunakan sebagai nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan filsafat yang mendasari dan memberikan identitas (karakteristik) suatu sistem pendidikan. Dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia, hendaknya berpedoman pada filsafat bangsa Indonesia, yaitu Pancasila agar pendidikan bangsa Indonesia dapat berhasil dan sesuai dengan tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukannya mempersoalkan gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari suatu fenomena.
Filsafat pendidikan adalah membanding-bandingkan antara satu nilai dengan nilai lain yang berbeda untuk digunakan sebagai pedoman dalam memanajemen proses pembentukan karakter manusia yang konstruktif. Filsafat pendidikan merupakan terapan ilmu filsafat terhadap problema pendidikan, dan sejalan dengan pembahasan tentang ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif.
Hubungan antara filsafat dengan filsafat Pendidikan yaitu keduanya memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Filsafat Pendidikan berusaha menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan melalui berbagai teori filsafat yang membahas mulai dari akar-akarnya
FIlsafat merupakan induk dari berbagai ilmu pengetahuan lainnya, termasuk di dalamnya ilmu dalam pendidikan. Filsafat berusaha menjawab berbagai macam permasalahan dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, sistem pendidikan membutuhkan sebuah ilmu filsafat untuk mendukung terlaksananya tujuan pendidikan yang diinginkan.
Saran
Penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami selaku penulis memohon kepada pembaca supaya berkenan memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dengan tujuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR RUJUKAN
Arbi, Sutan Zanti. 1988. Pengantar kepada FIlsafat Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Idi, Abdullah. 2010. Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik. Jakarta: AR-Ruzz Media
Permana, Septian Aji. 2017. Filsafat Pendidikan; Pengantar Filsafat Pendidikan IPS Kontemporer. Yogyakarta: Cognitora
Soegiono. 2012. Filsafat Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Surajiyo. 2013. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara
Tim Dosen FIP-IKIP Malang. 1981. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Langganan:
Postingan (Atom)
Tugas Kuliah. Ice Breaking
ICE BREAKING untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran IPA di SD yang dibina oleh Dra. Sri Estu Winahyu, M. Pd. Disusun Oleh Ke...
-
PRINSIP DAN MODEL PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Pembelajaran Kelas Rangkap ...
-
KONSEP DASAR FILSAFAT PADA UMUMNYA DAN FILSAFAT PENDIDIKAN PADA KHUSUSNYA MAKALAH Untuk memenuhi tugas matakuliah Filsafat dan Teori Pend...
-
TEORI BELAJAR BRUNER, GAGNE, DIENES, AUSUBLE, DAN PIAGET MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH Pembelajaran Matematika SD Yang diam...